KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasihNya
atas anugerah hidup dan kesehatan serta petunjukNya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman, menjadikan keterbatasan
kami untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan
kami, semoga makalah ini memberikan manfaat, setidaknya membuka cakrawala
berfikir tentang metode dokumentasi dan biografis.
Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini, terutama kepada rekan satu kelompok atas
kerjasamanya, dan dosen mata kulian Pemahaman Individu yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah
............................................................................. 1
C. Tujuan
Penulisan
.............................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Definisi
Kepribadian
......................................................................... 3
B. Aspek
Kepribadian
........................................................................... 4
C. Pengertian
Tes Kepribadian
.............................................................. 5
D. Tipe-Tipe
Tes Kepribadian
............................................................... 5
E. Hakekat
Tes Kepribadian .................................................................. 9
F. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) .............................. 11
G. Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB) ........................................ 19
H. Tes
Minat Belajar
............................................................................. 25
I. Tes
Wartegg
..................................................................................... 26
J. Tes
Kraepelin.................................................................................... 29
K. Mengukur
Kepribadian dengan MBTI
dan Enneagram .................... 35
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
....................................................................................... 38
B. Saran
................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................ 39
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era keterbukaan pada masa
kini, disadari bahwa system kompetensi yang berlaku di segala bidang menjadi
semakin ketat. Sekarang
ini untuk dapat mencapai kesuksesan tidak hanya faktor kecerdasan dan
inteligensia saja yang dibutuhkan, namun juga faktor kepribadian dan kematangan
emosi.Sebab terbukti bahwa kepribadian yang baik merupakan salah satu factor
pendukung yang penting untuk dapat mencapai kesuksesan yang dicita-citakan.
Untuk menjadi pribadi yang baik dan
berfungsi sepenuhnya, seseorang perlu mengembangkan diri. Pengembangan diri sendiri berarti
mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian serta meningkatkan
rasa percayadiri. Hal
ini dapat dicapai melalui upaya belajar dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain,
mendalami kesadaran serta mempercayai suara hati.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Pengertian dari Kepribadian!
2.
Sebutkan Aspek-Aspek Kepribadian!
3.
Apa pengertian dari Tes Kepribadian
4.
Apa saja Tipe-Tipe dari Tes Kepribadian?
5.
Apa Hakekat dari Tes Kepribadian?
6.
Apa Pengertian dari EPPS?
7.
Apa yang dimaksud dengan RMIB?
8.
Apa saja yang termasuk dalam Tes Minat Belajar?
9.
Apa itu Tes Wartegg?
10. Apa itu Tes Kraepelin?
11. Bagaimana cara Mengukur
Kepribadian dengan menggunakan MBTI dan Enneagram?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini yaitu :
1.
Dapat Memahami Pengertian dari
Kepribadian
2.
Dapat Mengetahui apa saja yang termasuk
Aspek Kepribadian
3.
Dapat Memahami Pengertian tentang Tes
Kepribadian
4.
Dapat Mengetahui Tipe apa saja dalam
Tes Kepribadian
5.
Dapat Memahami Hakekat Tes Kepribadian
6.
Dapat Memahami apa itu EPPS
7.
Dapat Memahami apa itu RMIB
8.
Dapat mengetahui yang tergabung dalam
Tes Minat Belajar
9.
Dapat Memahami apa itu Tes Wartegg
10.
Dapat Memahami Tes Kraepelin
11.
Dapat Mengukur Kepribadian dengan MBTI dan Enneagram
BAB II
TES KEPRIBADIAN
A. Definisi Kepribadian
Kepribadian atau dalam bahasa asing sering disebut dengan istilah personality, berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.
Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian
adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak
dalam tingkah lakunya yang unik.
Menurut
Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
Menurut M.A.W Bouwer, kepribadian
adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
Menurut Cuber,
kepribadian adalah gabungan
keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Sedangkan kepribadian menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006)
adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang
lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki
seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh
orang lain.
Allport juga mendefinisikan personality
sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang
menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang
dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan
emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik
dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik
(psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis
dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda
dengan orang lain.
B. Aspek Kepribadian
1.
Individu
terpengaruh oleh aspek ketidaksadaran, misalnya:
kita mungkin atau melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan orangtua
terhadap diri kita sendiri.
2.
Individu
dipengaruhi oleh kekuatan ego;misalnya kita sering berusaha menjaga rasa
penguasaan dan konsistensi dalam perilaku.
3.
Individu
adalah makhluk biologis;
4.
Pribadi
dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan di sekitar diri mereka masing-masing.
5.
Individu
memiliki dimensi kognitif—berfikir mengenai dunia di sekitar mereka dan secara
aktif mencoba mengartikannya.
6.
Individu
merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan yang spesifik.
7.
Manusia
memiliki dimensi spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinakan dan mendorong
mereka untuk mempertanyakan arti keberadaaan mereka.
8.
Hakikat
dari sorang individu adalah senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
(Friedman, “Kepribadian”; 2008)
(Friedman, “Kepribadian”; 2008)
C. Pengertian Tes Kepribadian
Secara umum, definisi
tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam
pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau
lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis
tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach
dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian adalah
mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri
bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian
yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri
bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun
buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki
kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.Tes-tes kepribadian melibatkan
stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa
perbedaan reaksi individu.
D. Tipe-Tipe Tes Kepribadian
Dalam Buku Kepribadian:Teori Klasik dan
Riset Modern karya Howard S. Friedman, terdapat beberapa tipe tes kepribadian,
yaitu:
1.
Tes Laporan Diri (Self
Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum
biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus
memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai
dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih
dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan
kelompok individu yang depresi.Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk
diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi
dengan hati-hati.
Keunggulan Tes ini adalah
terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan
baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui,
tergantung pada pengetahuan diri.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah:
MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective
Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
2.
Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada
setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk
memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya
menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai
dengan paling sesuai dengan diri”.
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih
aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek
yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep
diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.
3.
Penilaian Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut
Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang
lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini
terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa
dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah:
menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan
dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai
anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid
apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
4.
Pengukuran Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz
Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan
bentuk dan tonjolan tengkorak.Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino,
1975).
Idenya adalah bahwa karakteristik
psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan
kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi
tengkorak.
Asesmen kepribadian modern yang bersifat
biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron
otak) adalah kuncinya.Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur
perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah
usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara
mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).
Keunggulan dari pengukuran ini dapat
mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian
analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara
hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.
Contoh pengukuran biologis: waktu
reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).
5.
Observasi Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad
ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk
teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton
mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai
mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).
Penggunaan observasi perilaku
mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan
perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap
apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai
kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.
6.
Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi adalah
wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya yang
penting atau bermasalah.
Keunggulan mengukur kepribadian dengan
wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat
menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena
bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.
7.
Perilaku Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif adalah
cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun juga
lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.
Sebagai contoh, orang-orang dari bagian
selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan logat
orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.
Keunggulan menilai dengan perilaku
ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk
perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap,
dikodekan, dan diinterpretasikan.
8.
Analisis Dokumen dan
Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk
mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber
informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan
catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan
kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan
berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik
mengenai nilai sebuah teori kepribadian.
Keunggulan menganalisis dokumen adalah
dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama,
detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal;
namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak
tersedia dalam peristiwa penting.
9.
Projective Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang
berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau
situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang
untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan.
Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat,
dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam
dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat
memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki
masalah reliabilitas dan validitas.
Contoh dari tes proyektif ini adalah:
Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).
10.
Demografi dan Gaya
Hidup
Demografi adalah semua informasi data
statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir,
agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan
informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara
kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki
kepribadian yang sangat berbeda.
Keunggulan menggunakan demografi adalah
dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada
dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.
E. Hakekat Tes Kepribadian
Tes kepribadian sering dibatasi sebagai
tes yang bermaksud mengukur dan menilai aspek-aspek non kognitif, artinya
aspek-aspek yang bukan abilitas dan ‘kepribadian’ manusia (Martensi, Mugiarso,
Dewanti, 1988:41).Aspek non kognitif ini sesuai dengan analisis faktor banyak
jumlahnya.Akan tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Stamboel (1986:119) dalam
konteks tes kepribadian cukup dibatasi pada aspek pokok yang meliputi motivasi,
emosi, dan hubungan sosial.
Tes kepribadian sebenarnya berusaha
mengungkap kehidupan testitif seseorang dalam menghayati emosi, hubungan sosial, dan motivasinya. Dalam
mengungkapkan kehidupan testitif dan ciri-ciri khusus kepribadian ini, agar
testi dapat mengekspresikan kehidupan batinnya dan memperoleh hasil yang dapat
dipercaya, maka seringkali dalam tes kepribadian itu ada kecenderungan
menyembunyikan tujuan yang sebenarnya (disguished-testing). Dengan
demikian testi tidak mengerti maksud apakah di balik pertanyaan, tugas, atau
pernyataan yang harus ditanggapinya, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali
mengungkapkan kehidupan testitifnya dalam derajat kejujuran tertentu.
Tes kepribadian mencakup dua macam
teknik, yaitu teknik self-reprot inventory, dan teknik proyektif.Self-report inventory bersifat “melaporkan keadaan diri sendiri” mengenai
kehidupan testitif seseorang. Di antara model tes yang termasuk dalam
self-report inventory adalah Woodworth Personal Data Sheet (PDS), Edwards
Personal Preference Schedule (EPPS), Kuder Preference Record Vocational (KPRV),
Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB), dan Tes Minat Belajar.
Berbeda
dengan teknik inventory yang bersifat terstruktur, maka teknik proyektif
bersifat tidak terstruktur, sehingga memungkinkan variasi respon dan
seolah-olah membiarkan kehidupan khayal individu bergerak sebebas mungkin. Salah
satu ciri khas teknik proyektif adalah bahwa struktur tes diberikan secara
singkat dan seumum mungkin, sehingga testi menafsirkan sesuai
keinginan-keinginannya dalam memberi struktur pada situasi yang diamatinya.
Dengan demikian seolah-olah materi yang disajikan dalam tes proyeksi merupakan
layar terhadap mana pikiran, emosi, aspirasi kehidupan pribadi, sosial serta
motivasi seseorang dipantulkan (diproyeksikan). Di antara tes yang termasuk ke
dalam tes proyeksi adalah tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT),
Wartegg, tes Permainan. Berbagai tes kepribadian di atas tidak akan dikemukakan
semua, namun hanya EPPS, RMIB, Tes Minat Belajar, Wartegg, dan Kraepelin.
F. Edwards Personal Preference Schedule
1.
Idenitifikasi dan Dimensi-dimensi Kepribadian
Edwards
Personal Preference Schedule yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan untuk
mengungkap kecenderungan-kecenderungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs)
khusus yang dimiliki seseorang. EPPS ini merupakan tes kepribadian yang
bersifat self-report inventory atau personality inventory, yang diciptakan oleh
Allen L. Edwards pada tahun 1953. Semula tes ini disusun untuk kepentingan
clinical psychology dan counseling.Tetapi dalam perkembangan selanjutnya
digunakan untuk berbagai kepentingan.
Menurut
Edwards, kebutuhan-kebutuhan sesorang dapat diklasifikasikan ke dalam 15
golongan yang dibuatnya berdasarkan suatu daftar kebutuhan pokok manusia yang
disusun oleh Henry A. Murray dan kawan-kawan. Dari 20 kebutuhan pokok yang
disusun Murray, kemudian oleh Edwards disusun menjadi 15 (Sugiyanto, dkk,
1984:81-83). Macam-macam kebutuhan tersebut adalah :
Achievement
|
untuk berbuat
sebaik mungkin; untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sukar dan menarik.
|
Deference
|
untuk
menyuruh orang lain memutuskan sesuatu pendapat bagi dirinya; untuk
menyesuaikan apa yang diharapkan dari orang lain terhadap dirinya.
|
Order
|
untuk
berbuat secara teratur dan rapih dengan perencanaan sebelumnya.
|
Exhibition
|
untuk
menjadi pusat perhatian; untuk menonjolkan sesuatu prestasi atau mengatakan
keberhasilannya.
|
Autonomy
|
untuk
berdiri sendiri dalam membuat keputusan; untuk menghindari urusan dan campur
tangan orang lain.
|
Affiliation
|
untuk
baik hati; untuk ikut ambil bagian dengan teman-teman sekelompok; untuk
bekerja bersama atau berbuatsesuatu dengan orang lain.
|
Intraception
|
untuk
menganilisis motif-motif dan perasaan-perasaan diri; untuk memahami dan
mengerti perasaan-perasaan orang lain.
|
Succorance
|
untuk
menerima bantuan atau afeksi dari orang lain; untuk supaya orang lain
bersimpati dan mengerti tentang dirinya.
|
Dominance
|
untuk
mengatasi dan mempengaruhi orang lain; untuk memerintah orang lain; untuk
diperlakukan sebagai pemimpin.
|
Abasement
|
untuk
merasa bersalah bila,orang lain berbuat kesalahan; untuk menerima fitnahan,
merasa takut dan rendah diri.
|
Nurturance
|
untuk
menolong teman dan orang lain yang mengalami kesulitan; untuk mengampuni dan
berlaku dermawan terhadap orang lain.
|
Change
|
untuk
berbuat sesuatu yang baru dan berbeda; untuk ingin mengikuti
perubahan-perubahan keadaan dan kebudayaan.
|
Endurance
|
untuk
bertekun dalam tugas-tugas yang dihadapinya; untuk tidak ingin diganggu
selama bertugas.
|
Heterosexuality
|
untuk
bergaul bebas dengan lawan jenisnya untuk ikut aktif dalam pertemuan di mana
orang dari jenis lain hadir.
|
Aggression
|
untuk
menyerang pendapat orang lain yang berbeda; untuk suka mempermainkan orang
lain.
|
Dari
setiap kebutuhan tersebut di atas, Edwards membuat 9 (sembilan) macam
pernyataan yang isinya menunjukkan sikap dan kecenderungan dari
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pasangan dari suatu variabel dipasangkan dengan
pernyataan dari variabel lainnya, sehingga diperoleh 210 pasang pernyataan.
Pemasangan pernyataan-pernyataan ini mengikuti suatu pola tertentu seperti yang
terlihat pada kertas jawaban (answer sheet), agar kecenderungan yang sama
terletak pada garis atau kolom yang sama.
Selanjutnya
Edwards menambahkan 15 pasang pernyataan sebagai pengulangan dari pernyataan
yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui konsistensi
(con) jawaban-jawaban testi yang dikenai EPPS.Bila jawaban consisten di bawah 10 atau jawaban incon di
atas 5, maka kesimpulan hasil jawaban testi dinyatakan inconsistence
(diragukan).Penyebab terjadinya jawaban incon ini
mungkin:
a.
Testi
belum integrated (menyatu) dengan pernyataan EPPS
b. Testi
mengalami konflik
c. Testi
cenderung tidak jujur.
Menghadapi
kasus ini langkah yang dilakukan guru pembimbing adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan
re tes
b. Memberikan
bimbingan konseling
Tes
ini diberikan untuk orang dewasa (minimal berpendidikan SLTA) dengan waktu penyajian
antara 40-60 menit.Namun jika sampai 60 menit tidak selesai, waktunya ditambah
sampai seselesainya.Pada prinsipnya testi harus menjawab semua item yang
berjumlah 225, tanpa batasan waktu ketat selama 60 menit.Jika tidak selesai menjawabnya, maka hasil pekerjaan EPPS
tidak dapat dianalisis dan diinterpretasi.
2.
Material dan Instruksi EPPS
EPPS berbentuk buku dan lembar jawaban yang terpisah Buku
EPPS terdiri atas 225 pasang pernyataan. Di muka setiap pernyataanؤpernyataan itu, ada huruf 'A' untuk pernyataan pertama,
dan huruf 'B' untuk pernyataan kedua.
Sebelum tes dimulai testi diminta mengisi identitas
dirinya pada bagian atas kertas lembar jawaban yang terdiri atas nomor, nama,
jenis kelamin, umur, pendidikan dan tanggal pemeriksaan (pelaksanaan tes) serta
nama pemeriksa. Sedangkan bagian
kotak-kotak di bawah yang berjumlah lima belas, serta bagian kanan yang berisi
kolom-kolom di bawah huruf r, c, s dan ss tidak
boleh diisi. Bagian ini akan diisi oleh pemeriksa.
Kepada testi diminta untuk memilih satu pernyataan dari
setiap pasangan pernyataan-pernyataan itu yang dianggapnya paling sesuai untuk
dirinya, dan bukan yang dianggap umum atau wajar oleh masyarakat sekitarnya.
Jawaban yang telah dipilih testi dituliskan pada kertas jawaban yang telah
disediakan, dengan cara melingkari huruf 'A' atau 'B' yang menjadi pilihannya.
Buku persoalan tidak boleh dicoret-coret atau ditulisi sesuatu apapun.
Pada halaman muka dari buku persoalan, terdapat petunjuk
pelaksanaan tes. Bagian ini merupakan instruksi tes. Tester memberikan
instruksi seperti apa yang tercantum di situ. Sebelum pelaksanaan tes, tester
membacakan petunjuk tersebut dengan baik dan jelas, yaitu dengan menerangkan
isi petunjuk tersebut. Selengkapnya baca petunjuk pada buku EPPS!
3.
Profil
Laporan Ilmiah dan Awam
Setelah disekor, akan diperoleh standard score (ss) EPPS.
Skor standar ini selanjutnya disajikan dalam profil/
psikogram seperti berikut.
Kecenderungan Kepribadian (Needs)
|
Klasifikasi
|
||||||
RS
|
R
|
AR
|
S
|
CT
|
T
|
TS
|
|
Achievement
|
•
|
||||||
Deference
|
•
|
||||||
Order
|
•
|
||||||
Exhibition
|
•
|
||||||
Autonomy
|
•
|
||||||
Affiliation
|
•
|
||||||
Intraception
|
•
|
||||||
Succorance
|
•
|
||||||
Dominance
|
•
|
||||||
Abasement
|
•
|
||||||
Nurturance
|
•
|
||||||
Change
|
•
|
||||||
Endurance
|
•
|
||||||
Heterosexuality
|
•
|
||||||
Aggression
|
•
|
||||||
Consistence
|
•
|
Gambar 6 Profil/Psikogram Hasil EPPS a.n.
Prasetyo
Perlu
diketahui, bahwa dengan melihat psikogram EPPS, kita akan dapat mengetahui
kecenderungan kepribadian seseorang. Namun demikian, bagi orang awam, psikogram
yang merupakan bahasa teknis tidak mudah dipahami. Karena itu, seorang guru
pembimbing harus dapat memahami bahasa teknis dan bahasa awam terutama jika
akan memberikan informasi (mengkomunikasikan) hasil EEPS kepada testi atau
orang lain yang membutuhkan data EPPS tersebut untuk kepentingan testi.
Dari
contoh psikogram sebagaimana dipaparkan di atas, data EPPS tersebut dapat
dikomunikasikan atau diterjemahkan ke dalam bahasa awam, kurang lebih sebagai
berikut ini.
Prasetyo
memiliki dorongan untuk berprestasi
yang tinggi sekali, pada sisi lain kecenderungannya untuk menyesuaikan pendapatnya dengan orang
lain agak rendah. Ia termasuk orang yang berdisiplin tinggi, keinginannya menonjolkan diri (pamer) cukup tinggi, bahkan ia lebih suka memutuskan sendiri apa yang ingin
dilakukannya. Kesehariannya
ia kadangkala nampak ikut berperan
serta dalam pergaulan dengan teman sekelompoknya dan kadangkala iia
mmau memahami perasaan orang lain.
Tetapi ia tidak mau menerima bantuan
dan simpati orang lain jika menghadapi persoalan. BBahkan ia cenderung
menonjolkan kekuasaan dan pengaruhnya.
Segi positif yang ada pada dirinya antara lain ia mau menerima kesalahan orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya, dengan senang hati akan menolong orang lain yang mengalami kesulitan; tekun dalam menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jjawabnya, agak mudah
bergaul dengan lawan jenis. Sedangkan segi negatif yang menonjol pada
dirinya adalah bahwa ia suka sekali mengikuti
perubahan dan suka menyerang
pendapat orang lain. Namun demikian dia orang yang sangat jujur.
Dengan memahami deskripsi teknis dan awam ini, guru
pembimbing akan mudah mengkomunikasikan EPPS untuk kepentingan klien atau siapa
saja yang membutuhkan data EPPS kliennya.
4.
Kegunaan EPPS
Dalam prakteknya EPPS sering kali digunakan untuk
kepentingan diagnosis dalam bidang :
(1)
Seleksi
dan Penempatan
Seleksi dan penempatan karyawan baik di lingkungan
instansi pemerintah maupun swasta, mempunyai nilai yang cukup efektif dengan
menggunakan EPPS. Karena dengan EPPS akan dapat diketahui
kecenderungan-kecenderungan pribadi testi untuk diterima atau ditempatkan pada
job yang sesuai dengan kepribadiannya. Misalnya untuk job kasir dibutuhkan
orang yang mempunyai needs of achievement, order dan endurance yang tinggi.
(2)
Bimbingan
Konseling
Berdasarkan data EPPS seorang guru pembimbing dapat
memberikan layanan bimbingan konseling, khususnya pada kecenderungan
kepribadian tertentu yang menonjol, baik negatif maupun positif. Misalnya testi
cenderung inkonsisten. Dari data ini bisa ditelusuri sebab-sebab inkonsisten
tersebut antara lain mungkin karena testi menolak rangsang (tidak mau bekerja
sama dengan orang lain/tester), testi tidak siap diberi tugas (tidak integrated),
ttesti ssuka mmenentang, testi sedang mengalami konflik, dan testi tidak jujur.
Dari data yang telah diperoleh tersebut guru pembimbing
melakukan bantuan pemecahan masalah klien/testi.
(3)
Psikoterapi
Dengan melihat data EPPS terapis akan dapat memberikan
treatment yang sesuai dengan masalah yang muncul dari 15 kecenderungan
kepribadian testi.
(4)
Riset
Sumber Daya Manusia
Untuk mengetahui kemampuan sumber daya manusia dalam
berbagai kepentingan, riset dengan menggunakan EPPS akan dapat memberikan
masukkan yang cukup lengkap tentang kecenderungan kepribadian seseorang, yang pada
saatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan menyalurkan ssumber
ddaya manusia sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.
5.
Karakteristik EPPS
EPPS merupakan tes kepribadian yang menggunakan teknik
self-report inventory, mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan ddengan
ttes psikologis pada umumnya.
Karakteristik yang menonjol dari EPPS adalah bahwa skor
yang tinggi tidak selalu menunjukkan kepribadian testi baik, dan skor yang
rendah tidak selalu menunjukkan kepribadiannya tidak baik; tergantung dengan
konteks apa EPPS itu digunakan.
Contoh :
Prasetyo mempunyai kecenderungan untuk berubah yang
tinggi sekali dan kecenderungan untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang
lain rendah.
Dalam konteks Prasetyo sebagai artis, kecenderungannya
untuk berubah-ubah tinggi sekali, itu
justru dapat menguntungkan karirnya. Ia akan cepat mengikuti trend pasar, trend
yang sedang digandrungi penggemarnya. Dan jika ia mempunyai kecenderungan
menerima afeksi dan bantuan yang rendah justru akan merugikan karirnya.
Misalnya saja ia sebagai artis penyanyi dia tidak mau bergabung dengan Asosiasi
Artis dan Penyanyi, maka jika kasetnya yang beredar di pasaran dibajak dan ia
mengatasi masalahnya sendiri karena tidak mau dibantu oleh Asosiasi, maka ia
dapat mengalami kesulitan dari para pembajak kasetnya.
Sebaliknya jika ia sebagai kepala sekolah dan cenderung
selalu berubah-ubah (terutama kebijaksanaannya), akan menimbulkan keadaan tidak
stabil di sekolah; misalnya seragam sekolah yang sering berganti-ganti,
pengampu mata pelajaran dirubah-rubah gurunya setiap ganti tahun pelajaran.
Pada sisi lain ia dianggap baik karena tidak mau menerima
bantuan dari pihak luar yang mengikat; misalnya sekolah akan dibuatkan satu
lokal untuk laboratorium, asalkan anak pengusaha XX yyang ddikeluarkan dari
sekolah lain dapat diterima sebagai siswa pindahan di sekolahnya.
Karakteristik yang lain dari EPPS ini adalah dengan
melihat skor jawaban aspek consistence dari testi, kita akan dapat
mengetahui apakah testi cenderung sebagai pribadi yang jujur ataukah tidak.
6.
Kelebihan dan Kelamahan EPPS
Sebagai suatu tes psikologis EPPS mempunyai beberapa kelebihan
antara lain :
(1)
Dapat
mendeteksi tingkat kejujuran testi yaitu dengan melihat tingkat konsistensinya.
Hal
ini dapat diketahui dengan melihat jawaban atas item-item tertentu yang
berpasangan sebagaimana telah disebutkan ddi muka. Jawaban yang berbeda
menunjukkan testi tidak jujur (inconsistence).
(2)
Individu
adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri.
Dengan
EPPS yang merupakan self-report inventory, maka kita akan mendapatkan gambaran
yang relatif benar tentang kepribadian (kecenderungan kepribadian)
testi.Individu mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk menyatakan keadaan dan penghayatannya menurut apa adanya.
(3)
Dalam
pelaksanaannya tes ini ternyata mampu mengungkap ada tidaknya sesuatu atribut
pada kepribadian seseorang dan apabila ada dapat pula diungkap seberapa besar
kecenderungannya.
Selain kelebihan, EPPS juga mempunyai beberapa kelemahan
yang perlu diperhatikan yaitu :
(1)
Terikat
budaya
Sebagai
tes yang menggunakan bahasa, tes ini harus diadaptasikan pemakaiannya.
(2)
Materinya
yang banyak akan menimbulkan kejenuhan pada testi.
(3)
Bagi
korektor, prosedur skoring tes ini melelahkan dan menjenuhkan.
(4)
Teknik
interpretasi secara teknis dan awam membutuhkan keterampilan yang tinggi dari
interpreternya.
(5)
Sering
terjadi adanya pemalsuan jawaban testi baik yang bersifat faking good maupun
faking bad.
Faking good merupakan kecenderungan testi untuk memilih
pernyataan yang dianggap baik-baik saja, walaupun itu tidak sesuai dengan
dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi
penerimaan pegawai, promosi jabatan diinginkan. Sebaliknya faking bad merupakan
kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap negatif, walaupun itu tidak sesuai dengan
dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi wajib
militer.
G. Rothwell Miller Inventory
Blank (RMIB)
a. Identifikasi Tes RMIB
Tes RM atau Rothwell Miller atau The
Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB) menurut sejarahnya disusun oleh Rothwell
pertama kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9 jenis kategori
dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958, tes diperluas dari 9 menjadi
12 kategori oleh Kenneth Miller. Sejak itu, tes interest tersebut disebut
sebagai tes interest Rothwell-Miller.
Hal-hal yang merupakan kekhususan
(Manual The Rothwell-Miller Inventory Blank) dari tes ini adalah:
a.
dapat
dimasukkan ke dalam susunan batteray test
b.
lebih mudah dikerjakan oleh testi
c. score dapat disusun dengan lebih cepat
d. tugas pengisian dari tes ini akan
menimbulkan interest testi dan kerja sama yang aktif sifatnya
e. lebih cocok apabila diberikan kepada
orang dewasa
f. hasil keseluruhan tes akan
memperlihatkan pola interest dari testi.
Tes ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengukur interest seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap
suatu pekerjaan. Hal ini didasarkan pula atas idea-idea stereotype terhadap
pekerjaan yang bersangkutan. Minat seorang siswa dalam belajar berkaitan dengan
pekerjaan yang akan ditekuni kelak.
Pemikiran yang mendasari pembentukan
tes ini adalah bahwa setiap orang memiliki konsep-konsep stereotype terhadap
kenis-jenis pekerjaan yang tersedia atau disediakan oleh masyarakatnya, dan
testi kemudian memilih pekerjaan sesuai dengan idea-idea tersebut, meskipun
terdapat juga stereotype yang tidak berdasarkan pada idea tertentu atau tidak
ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan yang dimaksud. Stereotype seperti
ini lebih banyak mendasarkan pada hal-hal yang menarik dari pada hal-hal yang
merupakan kekhususan dari pekerjaan tersebut. Dan keadaan semacam ini sangat
memungkinkan terjadinya atau timbulnya stereotype yang benar atau salah sama sekali.
Misalnya stereotyp dari pegawai bank adalah orang yang selalu berhubungan
dengan pembayaran atau uang adalah benar. Tetapi pendapat umum yang mengatakan
bahwa pekerjaan seorang pramugari adalah pekerjaan yang penuh dengan hal-hal
yang menyenangkan seperti jalan-jalan ke luar negeri, gaji besar, berpakaian
keren dan bagus, dan sebagainya adalah tidak sesuai dengan kenyataannnya,
seperti melayani penumpang justru merupakan tugas pokok dari seorang pramugari.
Tetapi tujuan terpenting dari tes ini
bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui kebenaran dari stetreotype tersebut,
tetapi untuk mengetahui bahwa konsep tersebut benar-benar ada dan dapat
merupakan pengaruh yang kuat terhadap konsep-konsep sesorang mengenai suatu
pekerjaan. Karena biasanya, apabila seseorang menyatakan suka atau tidak
suka terhadap suatu pekerjaan tertentu, maka mereka juga memperlihatkan
sikap yang sama terhadap ideanya, meskipun secara kenyataannya banyak pekerjaan
yang berbeda dengan konsepnya.
Contoh tes RM adalah sebagai berikut:
PRIA
PRIA
|
FORMULIR TES MINAT : ROTHWELL MILLER
N a m a : …………………… Usia …… Tanggal
……… Nomor : …...
Sekolah/Kelas : ……………………………………... Tester : ……………………
PETUNJUK :
Tulislah nomor
urut pekerjaan di bawah ini dari yang paling Anda sukai dengan
menuliskan 1 sampai dengan yang paling tidak disukai dengan menuliskan
angka12 pada kolom A sampai I. Sebelum diserahkan pada tester, cek dulu
pekerjaan anda. Jangan ada yang dilewatkan
!
A |
B |
||
Petani
Insinyur
Sipil
Akuntan
Ilmiawan
Manager
Bidang Penjualan
Seniman
Wartawan
Pianis Konser
Guru Sekolah Dasar
Manajer Bank
Tukang
Kayu
Dokter
|
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
|
Ahli Pembuat Alat-alat
Ahli Statistik
Insinyur Kimia Industri
Penyiar Radio
Artis Komersial
Pengarang
Dirigen Orkes
Psikolog Pendidikan
Sekretaris Perusahaan
Ahli Bangunan
Ahli Bedah
Ahli Kehutanan
|
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
|
|
C |
D |
||
Auditor
Ahli Meteorologi
Salesgirl
Guru Kesenian
Penulis Drama
Komponis
Kepala Sosial
Resepsionis
Penata rambut
Dokter Hewan
Pramugari Kapal
Petugas Mesin Jahit
|
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
|
Ahli Biologi
Agen Biro Iklan
Dekorator Interior
Ahli Sejarah
Kritikus Musik
Pekerja Sosial
Penulis Steno
Penjilid Buku
Apoteker
Ahli Pertamanan
Petugas
Pompa Bensin
Petugas
Mesin Hitung
|
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
|
b. Aspek-aspek (dimensi-dimensi)
yang diukur
Suka
dan tidak suka terhadap kelompok pekerjaan merupakan faktor yang diukur
oleh tes RM ini. Testi tes diminta untuk menuliskan ranking suka dan tidak suka
dalam setiap kelompok pekerjaan dari rangking 1 sampai dengan 12 tanpa harus
urut, misalnya pada kelompok pekerjaan A testi menuliskan rangkingnya dari atas
ke bawah 5, 7, 3, 1, 9, 8, 12, 10, 4, 6, 11, 2.
Pekerjaan yang berhubungan dengan minat seseorang dalam tes
RM digolongkan dalam 12 jenis pekerjaan yaitu:
Out
|
:
|
Out door, yaitu pekerjaan yang
aktivitasnya dilakukan di luar ruangan atau di udara terbuka, atau pekerjaan
yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang rutin sifatnya.
|
Mec
|
:
|
Mechanical, yaitu pekerjaan
yang berhubungan dengan atau menggunakan mesin, alat-alat dan daya mekanik.
|
Com
|
:
|
Computational, yaitu pekerjaan
yang berhubungan dengan angka-angka
|
Sci
|
:
|
Scientific, yaitu pekerjaan
yang dapat disebutkan sebagai keaktifan dalam analisis dan penyelidikan,
eksperimen, kimia dan ilmu pengetahuan pada umumnya
|
Pers
|
:
|
Personal contact, yaitu
pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan
orang lain. Pada dasarnya adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan kontak
(hubungan) dengan orang lain
|
Aest
|
:
|
Aesthetic, yaitu pekerjaan yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat seni dan menciptakan sesuatu
|
Lit
|
:
|
Literary, yaitu pekerjaan yang
berhubungan dengan buku-buku, kegiatan membaca, mengarang
|
Mus
|
:
|
Musical, yaitu minat memainkan
alat-alat musik, atau untuk mendengarkan orang lain bermain, bernyanyi atau
membaca sesuatu yang berhubungan dengan music. Penghargaan terhadap musik
|
S.S.
|
:
|
Social service, yaitu minat
terhadap kesejahteraan penduduk, dengan keinginan untuk menolong dan
membimbing/menasehati tentang problem dan kesulitan mereka. Keinginan untuk
mengerti orang lain, dan mempunyai idea yang besar atau kuat tentang
pelayanan
|
Cler
|
:
|
Clerical, yaitu minat terhadap
tugas-tugas rutin yang menuntut kecepatan dan ketelitian
|
Prac
|
:
|
Practical, yaitu minat terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang praktis, karya pertukangan dan yang memerlukan
keterampilan
|
Med
|
:
|
Medical, yaitu minat terhadap pengobatan,
mengurangi akibat dari pada penyakit, penyembuhan dan di dalam bidang medis
serta hal-hal biologis pada umumnya.
|
Kombinasi sekor-sekor yang diperoleh dari tes RM dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya penjurusan di SMU, studi lanjutan
di perguruan tinggi, penempatan pekerjaan.
H.
Tes
Minat Belajar
a. Identifikasi
Tes minat belajar berupa buku yang terdiri dari 176 daftar
pernyataan yang harus dijawab semuanya oleh responden.Lembar jawaban tes
terpisah dengan buku tes.Pada setiap pernyataan didahului dengan dengan pilihan
jawaban S R T (Suka, Ragu-ragu atau tidak menyatakan sikap suka
atau tidak suka, Tidak Suka).
Contoh daftar pernyataan tes minat belajar adalah sebagai
berikut:
1 S R T. Memasukkan telur ke dalam mesin pengeram dan
membukanya satupersatu setiap hari untuk melihat bagaimana perkembangan anak
ayam
176. S R T. Mempelajari hukum dan keputusan-keputusan
pengadilan yangdipakai dalam lapangan perusahaan/perdagangan
b. Aspek-aspek (dimensi) yang diukur
Tes minat belajar ini dalam mengukur minat
belajar seseorang dilakukan dengan cara mengukur minatnya terhadap
pekerjaan-pekerjaan tertentu melalui pilihan Sikap, Ragu-ragu, Tidak Suka terhadap
penryataan-pernyataan yang disediakan. Asumsinya, seorang yang berminat
terhadap pekerjaan tertentu berkaitan dengan pelajaran-pelajaran tertentu yang
harus disiapkan untuk pekerjaan yang akan dilakukannya.Tes minat belajar digunakan di sekolah dalam rangka
mengukur 11 minat terhadap lapangan belajar/pekerjaan khusus yaitu:
a.
Sosial f.
Matematika kMusic.
b.
Bussines g.Fisika
c.
Home
economic h.Biologi
d.
Sekretaris i.Teknik
e.
Kesehatan j.Kesenian
Untuk mengungkap 11 minat belajar tersebut disusun 176
daftar pernyataan secara simultan.Setiap minat terdiri dari 16 soal (item tes).
Kombinasi dari jenis minat belajar tersebut akan menggambarkan profil minat
siswa dalam bidang Bahasa, IPA, IPS.
I.
Tes
Wartegg
a. Identifikasi
Tes Wartegg adalah tes kepribadian yang bertujuan untuk
memperoleh insight struktur kepribadian seseorang yang dinyatakan dalam
berbagai fungsi dasar kepribadian.Tes menggambar yang diciptakan oleh Eurich
Wartegg (1939) terdiri dari suatu seri gambar yang harus dikerjakan testi,
kemudian hasil pekerjaan tersebut dinilai dari sudut diagnostik yakni ekspresi
dan sifat proyektifnya.Kemampuan menggambar dan latihan artistik oleh Wartegg
---pencipta tes ini --- nampaknya tidak begitu atau sedikit pengaruhnya
terhadap hasil akhir gambar testi.
Seri tes menggambar ini terdiri dari delapan petak persegi
berwarna putih dengan latar belakang bingkai tebal berwarna hitam. Pada setiap
petak terdapat gambar yang memberikan kesan seolah-olah baru akan digambar yang
disebut rangsang. Rangsang ini mempunyai sifat khusus dan physiognomi
sendiri serta kualitasnya terkandung di dalam gestaltnya masing-masing.
Rangsangan-rangsangan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok
yaitu rangsangan organis untuk petak 1, 2, 7, 8; dan rangsangan teknik
konstruktif untuk petak 3, 4, 5, 6.Rangsangan-rangsangan itu juga disebut kewanitaan(feminin)
dan kejantanan (maskulin), karena wanita lebih peka terhadap suasana
organis emosional dan pria lebih ke arah benda-benda materiil dan teknik.
Selain itu juga dapat dinamakan rangsang dinamis dan statis.
Tes menyempurnakan gambar Wartegg ini
dapat dimasukkan ke dalam jenis tes proyektif atas dasar viri-ciri khas yang
meliputi:
1. tugas yang diberikan sampai pada taraf
tertentu bersifat tak berstruktur yang sama, sehingga memungkinkan kebebasan
berekspresi dan menghasilkan banyak variasi hasil pelaksanaan tugas.
2. tes tersamar (disguished testing)
artinya sampai pada penyelesaian tugasnya testi tidak menyadari bagaimana
sebenarnya hasil karyanya itu dirafsirkan.
3. pendekatan global (global approach)
artinya kepribadian diperiksa dan diteliti secara keseluruhan.
b.
Aspek-aspek (dimensi) yang
diungkap
Tes Wartegg merupakan tes proyektif
yang digunakan untuk mengungkapkan data-data mengenai struktur kepribadian
seseorang yang dinilai secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penilaian secara
kuantitatif adalah dengan melihat sekor
yang diperoleh dari 35 sifat yang terdapat dalam gambar testi. Sedangkan
penilaian kualitatif ditinjau dari gambar-gambar testi dalam hubungan dengan
rangsang, isi, dan cara mengerjakannya.
Penilaian secara kuantitatif dilakukan
dengan mengisi tabel skoring tes Wartegg yang diperoleh dari berbagai sifat
delapan gambar itu. Hasil
penjumlahan sekor tersebut menggambarkan profil kepribadian yang meliputi :
1)
Emosi
terbuka(out going)
2)
Emosi
tertutup(seclusive)
3)
Imajinasi
kreatif(creative)
4)
Imajinasi
kombinatif(combinative)
5)
Intelegensi
praktis( practical)
6) Intelegensi spekulatif(speculative)
7) Aktivitas dinamis(dynamic)
8) Aktivitas terkontrol(controlled)
c. Keuntungan dan kelemahan tes
Wartegg
Keuntungan-keuntungan (Pedoman Tes Menggambar Wartegg,
1973:1) yang terdapat pada tes ini ialah :
a. bahan tes tidak mahal
b. tes ini cepat dilakukan, dinilai dan
diinterpretasi (rata-rata 20 menit)
c. dapat dilakukan sebagai tes kelompok
atau klasikal
d. orang mudah menyatakan dirinya dan tes
ini pada umumnya tidak menimbulkan penolakan
e. tes ini sebagai tes kepribadian yang
sedikit jumlahnya memungkinkan untuk memperoleh norma-norma secara empiris.
Kelemahan yang terdapat dalam tes ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bahwa bagaimana pun juga hasil tes ini
sedikit banyak terpengaruh oleh keterampilan menggambar sebagaimana tes ini
dapat diamati kesan baik buruknya gambar. Hal ini dapat terjadi karena
menggambar merupakan bentuk keterampilan khusus hasil bakat dan latihan.
b. Subjektivitas korektor pada waktu
memberikan skoring sangat mungkin terjadi, lebih-lebih pada korektor yang belum
berpengalaman. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena korektor diberi
kesempatan untuk memberikan sekor pada setiap sifat gambar mulai dari 0, ½, 1,
1 ½, 2, sampai dengan 3. Dengan demikian
untuk suatu gambar yang sama dapat disekor
berbeda oleh korektor yang berbeda.
Demikian empat jenis tes kepribadian
yang perlu diketahui para mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling. Kecuali
tes Wartegg, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman secara teoretik dan praktik
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, sedangkan tes Wartegg
tidak dipelajari secara praktik karena keterbatasan kompetensi. Satu jenis tes
kepribadian (yang kemudian juga dikembangkan menjadi tes bakat) yang perlu
dipelajari secara teoretik dan praktik oleh mahasiswa adalah tes Kraepelin atau
tes K.
J.
Tes Kraepelin
a.
Identifikasi Tes Kraepelin
Koentjoro
dan Nuryati Atamimi (1984 : 1) mengatakan tes Kraepelin ini diciptakan oleh
Emile Kraepelin seorang psikiater dari Jerman yang hidup antara tahun : 1856‑1926,
dan pernah menjadi murid Wilhelm Wundt. Pada permulaan tahun 1880 ia bekerja
pada laboratorium Wundt, dalam usaha memecahkan problem waktu reaksi. Dari sini
dasar‑dasar pemikiran Wundt berpengaruh dalam bidangnya terutama dalam
pemecahan masalah kerancuan Neurologis, yang dalam penelitiannya ia kerjakan di
laboratoriumnya di Lepzig menggunakan pasien‑pasien psikiatrik.
Dengan
dasar pemikiran adanya perbedaan dari faktor‑faktor yang khas pada proses
sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku,
Kraepelin menyusun tes yang kemudian digunakan ssebagai ddasar psikologis
untuk mengklasifikasikan kecanduan psikiatrik. Dari penelitian ini Kraepelin
menyusun dua golongan besar psikosis fungsional yaitu manic depresive
dan dementia praecox. Dengan berdasarkan pada alat tes ciptaannya ia
berusaha memperluas penggunaannya untuk menyusun tipologi kepribadian manusia
antara normal dan abnormal.
Di
antara tes yang dipakai oleh Kraepelin adalah Simple arithmatic test,
yang digunakan oleh Kraepelin untuk mengukur Practice effect, Memory
dan lain‑lain yang berhubungan dengan kelelahan dan Distraction.
Simple
arithmatic test
inilah yang kini dikenal dengan nama tes Kraepelin (tes K) yang pada awalnya
merupakan tes kepribadian dan dalam perkembangannya telah berubah menjadi tes
bakat, dengan cara mengubah tekanan skoring dan integrasinya.
CONTOH
|
|||||||||||
2726
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
|
1
|
1
|
6
|
4
|
|||||||
8
|
9
|
1
|
3
|
||||||||
6
|
4
|
5
|
8
|
||||||||
TES KRAEPLIN
|
3
|
6
|
8
|
2
|
|||||||
5
|
9
|
1
|
6
|
||||||||
1
|
3
|
6
|
4
|
||||||||
2
|
8
|
4
|
1
|
||||||||
JANGAN DIBUKA DULU SEBELUM ADA
PERINTAH
|
2
|
8
|
8
|
3
|
|||||||
5
|
9
|
4
|
5
|
||||||||
3
|
3
|
5
|
4
|
||||||||
7
|
7
|
7
|
3
|
||||||||
5
|
6
|
8
|
9
|
||||||||
9
|
2
|
6
|
9
|
||||||||
1
|
5
|
4
|
2
|
||||||||
3
|
6
|
7
|
2
|
||||||||
N a m a
|
: ……………………………...
|
6
|
4
|
1
|
2
|
||||||
Jenis Kelamin
|
: ……………………………...
|
7
|
3
|
1
|
9
|
||||||
Tgl./Umur/tempat lahir
|
: ……………………………...
|
2
|
3
|
4
|
6
|
||||||
A l a m a t
|
: ……………………………...
|
2
|
7
|
5
|
9
|
||||||
P e n d i d i k a n
|
: ……………………………...
|
1
|
8
|
9
|
4
|
||||||
K e l a s
|
: ……………………………...
|
1
|
6
|
8
|
1
|
||||||
P e k e r j a a n
|
: ……………………………...
|
3
|
3
|
4
|
2
|
||||||
Tanggal tes
|
: ……………………………...
|
3
|
2
|
7
|
9
|
||||||
T e s t e r
|
: ……………………………...
|
3
|
7
|
7
|
7
|
||||||
6
|
6
|
5
|
9
|
||||||||
1
|
9
|
5
|
6
|
||||||||
6
|
6
|
2
|
5
|
||||||||
2
|
1
|
4
|
2
|
||||||||
Gambar 7 Contoh
Materi Tes Kraepelin
Karakteristik tes ini
adalah materinya hanya berupa angka‑angka 1 sampai dengan 9 yang disebar secara
acak membentuk lajur dan baris.Lajur dari kiri ke kanan terdiri dari 50 lajur, dan dari bawah ke atas
membentuk 28 baris. Testi bertugas menjumlahkan angka‑angka tersebut dalam dua
angka yang berdekatan dalam setiap lajur dari bawah ke atas, dengan waktu 15
detik. Setelah 15 detik dan ada aba‑aba, maka testi harus pindah ke lajur
berikutnya tanpa harus menyelesaikan lajur yang sedang dikerjakan. Begitu
seterusnya sampai 50 lajur selesai dalam waktu 12' 30''.
(Mahasiswa
dapat memperoleh pemahaman yang utuh setelah mempelajari Manual Tes Kraepelin
dan mempraktekkannya).
b. Tes Kraepelin Sebagai Tes Kepribadian
Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian, digunakan untuk menentukan tipe "performance". Hal ini dicontohkan oleh Marcham Darokah, sebagaimana dikutip oleh Kuntjoro dan Atamimi (1984 : 2), misalnya :
1)
Bila
hasil menjumlahkan angka‑angka “ansich”, rendah sekali dan tidak pada
kedudukan minimum normal hal ini dapat diprediksi bahwa ada gejala depresi
mental pada testi.
2)
Bila
terdapat salah hitung terlalu banyak dalam menjumlah angka dan dibawah minimum
normal, diprediksikan bahwa testi mengalami distraksi mental atau "mental
disorder".
3)
Hasil
tes menunjukkan ritme yang tajam,
artinya pada suatu ketika terjadi hasil rendah, ini disebabkan pada
suatu saat kehilangan ingatannya, sehingga dapat disimpulkan adanya gejala epilepsi.
4)
Bila
terdapat range ritme yang terlalu besar pada hasil tes hingga dibawah minimum
normal, dapat diprediksikan bahwa testi mengalami gangguan‑ gangguan emosional.
5)
Di
dalam grafik hasil tes menunjukkan garis naik tegak lurus atau tetap secara kaku, dapat
diprediksikan sebagai adanya perfeksionis.
6)
Di
dalam grafik hasil tes menunjukkan penurunan hingga minimum normal, dapat
diprediksikan adanya gejala kelelahan dan mungkin gejala neurasthenia.
Sebagai tes
kepribadian, tes Kraepelin mempunyai nilai diagnosis yang cukup handal untuk
memberikan informasi tentang kepribadian seseorang, paling tidak tentang
performance kepribadiannya sebagaimana disebutkan di atas
c.
Tes Kraepelin sebagai Tes Bakat
Tes Kraepelin
sebagai tes bakat dimaksudkan untuk mengukur "maximum performace"
seseorang. Karena itu tekanan skoring dan interpretasinya didasarkan
pada hasil‑hasil test secara objektif, dan bukan proyektifnya. Setelah
perhitungan objektif dilakukan, menurut Marchan Darokah (1967) seperti yang
dikutip oleh Koentjoro dan Nuryati Atamimi (1984 : 3). Hasil ini dapat
diinterprestasikan dengan menggunakan
dasar faktor‑faktor bakat yang terkandung didalamnya, yaitu :
1.
Faktor
kecepatan atau speed factor
2. Faktor
ketelitian atau accuracy factor
3.
Faktor
keajegan atau ritme fact
4.
Faktor
ketahanan atau ausdauer factor
Menurut Guilford
(1959) penjumlahan item yang berupa angka‑angka satuan ini bila ditinjau dari
fungsi mental, tergolong dalam "convergent thinking". Namun
bila ditinjau dari jenis isi itemnya, tergolong dalam faktor "numerical
facility" yaitu kecakapan uuntuk menggunakan angka dengan cepat dan
teliti. Hasil perhitungan angka dalam mengerjakan tes ini menurut Freeman
(1962) sangat dipengaruhi oleh faktor sensori perception dan "motor
response".
Anastasi (1968)
mengutip pendapat Thurstone yang menyatakan bahwa item‑item dalam tes Kraepelin
ini mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu "number",
dimana di dalamnya terdapat kkecakapan untuk menghitung "simple
arithmatic" dengan cepat dan teliti.
Cattel sebagaimana
dikutip Garrison (1951) meneliti tentang hubungan antara faktor‑faktor
inteligensi dengan "personality trait". Sementara itu Spearman
(1927) menyatakan bahwa aspek‑aspek yang diungkap dalam tes Kraepelin dapat
dianggap pernyataan dari energi mental yaitu mengandung unsur‑unsur kecepatan,
ketelitian, keajegan dan ketahanan, sehingga mengukur secara optimum apa yang
telah dicapai individu untuk dirinya dalam keadaan fungsi mental yang normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes Kraepelin ddapat digunakan sebagai
tes bakat, yang mengukur bakat kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan
kerja, dan ketahanan kerja.
d.
Kegunaan dalam Bimbingan Konseling
Dalam kegiatan
bimbingan konseling di sekolah, tes Kraepelin antara lain mempunyai kegunaan
sebagai berikut :
1)
Dengan
melihat hasil performancenya, guru pembimbing dapat mengetahui masalah‑masalah
kepribadian yang dialami oleh siswa, sehingga kepada siswa dapat diberikan
terapi yang sesuai dengan masalahnya.
2)
Dapat
mengungkap empat aspek bakat siswa (ketelitian, kecepatan, keajegan dan
ketahanan kerja) yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pertimbangan :
a.
penjurusan,
karena jurusan/program yang satu dengan lainnya mensyaratkan bakat ketelitian,
kecepatan, keajegan dan ketahanan kerja yang berbeda.
b.
lanjutan
studi, karena untuk melanjutkan studi diperlukan syarat bakat yang berbeda satu
dengan lainnya, sehingga dengan melihat bakatnya dari hasil tes Kraepelin guru
pembimbing dapat memberikan saran program studi apa yang sesuai untuk siswa.
c.
karir/pekerjaan,
karena pada pekerjaan tertentu membutuhkan ketelitian yang lebih baik
dibandingkan dengan kecepatan kerja. Dengan demikian pemahaman tentang bakat
siswa menurut tes Kraepelin ini akan membantu siswa menentukan pilihan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
e.
Kelebihan dan Keterbatasan Tes Kraepelin
Tes Kraepelin
mempunyai beberapa kelebihan yaitu antara lain :
a.
Dapat
mengungkap bakat dan kepribadian
sekaligus dengan melihat hasil kerja testi
b.
Sebagai
tes yang bersifat speed test, dapat digunakan untuk seleksi yang
mempunyai nilai kompetitif, artinya testi cenderung terdorong untuk bersaing
dengan testi lain
c.
Tes
Kraepelin juga bersifat power test sehingga dapat mengukur daya tahan
atau ausdouer seseorang dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
d. Alat
ukur yang praktis dan bebas budaya
e. Memberikan
informasi tentang penempatan dan dapat menemukan kasus yang dihadapi testi.
Namun demikian tes Kraepelin juga
mempunyai keterbatasan antara lain seperti berikut :
a. Testi dituntut kemampuan baca dan tulis, khususnya
kemampuan baca tulis angka atau matematik sederhana.Dengan demikian
penggunaannya terbatas kepada orang‑orang yang mempunyai kemampuan baca tulis.
b. Testi
juga dituntut mempunyai kemampuan berfikir cepat. Hal ini akan kelihatan pada
hasil tes pada aspek kecepatan kerja. Pada saat mengerjakan tugas mereka yang
tidak mempunyai kemampuan berfikir
cepat akan sulit menyesuaikan diri dengan materi tes. Karena tes ini tidak
memberikan kesempatan pada testi untuk menimbang jawaban yang benar.
c.
Tehnik
skoring tes ini juga memerlukan ketelitian dari korektornya. Karena itu pelaksanaan skoringnya menjenuhkan. Hal ini
karena skoring yang kita lakukan selama ini masih dengan cara manual. Konon tes
ini dapat disekor dengan komputer tetapi penggunaannya masih terbatas.
K. Mengukur
Kepribadian Dengan MBTI
Dan Enneagram
a. MBTI
(MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR)
MBTI diciptakan oleh
Carl Jung, Katharine Briggs and Isabel Myers, dan pertama kali dipopulerkan
pada tahun 1962. MBTI terdiri dari beberapa tipe personality yang dengan sangat
akurat mampu mendeskripsikan personality setiap orang dengan detil dan akurat.
MBTI berbeda dengan
instrumen mengenali tipe kepribadian lain dalam hal:
1. Dirancang
untuk mengimplementasikan teori; jadi teori (Jung) harus dimengerti untuk
memahami MBTI.
2. Berdasarkan
teori, ada dinamika hubungan yang khusus antar skala, yang kemudian akan
mengantar penjelasan tentang tipe-tipe karakteristik.
3. Deskripsi
tipe-tipe ini dan teorinya sebenarnya dapat dijelaskan dalam kerangka perkembangan
manusia seumur hidupnya.
4. Skala
ini memperhatikan fungsi dasar manusia yaitu persepsi dan judgment yang selalu
ada di perilaku manusia, sehingga sangat bermanfaat untuk digunakan dalam hidup
sehari-hari.
Komponen
MBTI adalah:
1)
Ekstrovert vs Introvert
2)
Sensing vs Intuition
3)
Thinking vs Feeling
4)
Judging vs Perceiving
b.
Enneagram
Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”.
Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diajarkan
secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah, hingga akhirnya mulai
berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Kepribadian manusia dalam
sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron dan Elizabeth Wagele,
lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe
tersebut agar lebih mudah dimengerti.Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
c.
Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan
benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
d.
Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai,
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan
membutuhkan.
e.
Pengejar
Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi
orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
f.
Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami
perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan
menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
g.
Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala
sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak,
serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
h.
Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan
persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
i.
Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta
merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar
dari derita dan dukacita.
j.
Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan
diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan
lemah.
k.
Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian,
menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kepribadian merupakan suatu susunan
sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis
dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda
dengan orang lain.
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk
mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan
skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis
tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
B.
Saran
Sebagai calon konselor masa mendatang, kita dituntut
untuk mampu memahami kepribadian dari individu atau konseli sebagai upaya
peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada konseli.
Untuk memahami kepribadian dari individu atau konseli, konselor hendaknya mempunyai
berbagai cara diantaranya dengan tes kepribadian yang bertujuan untuk mengenali
lebih dalam konseli. Sehingga dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang
diberikan harus sesuai kebutuhan konseli tersebut. Dengan demikian diharapkan
perkembangan individu dapat lebih optimal.
daftar pustakanya kok nggak ada ya
BalasHapusTes kepribadian dan wawancara adalah tes paling menentukan. Kebanyakan orang pada grogi
BalasHapusYarrak
BalasHapusMantap penelasannya mengenai kepribadian yang sangat kompleks itu
BalasHapusyang terpenting dari materi yang telah disampaikan adalah pada kutipan dan referensinya
BalasHapus