Senin, 13 Oktober 2014

TES KEPRIBADIAN



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasihNya atas anugerah hidup dan kesehatan serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman, menjadikan keterbatasan kami untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan manfaat, setidaknya membuka cakrawala berfikir tentang metode dokumentasi dan biografis.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan dosen mata kulian Pemahaman Individu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
                                                                         

                                                                      


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................           ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan ..............................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Kepribadian ......................................................................... 3
B.     Aspek Kepribadian ........................................................................... 4
C.     Pengertian Tes Kepribadian .............................................................. 5
D.    Tipe-Tipe Tes Kepribadian ...............................................................  5
E.     Hakekat Tes Kepribadian ..................................................................            9
F.      Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) ..............................  11
G.    Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB) ........................................ 19
H.    Tes Minat Belajar .............................................................................  25
I.       Tes Wartegg .....................................................................................  26
J.       Tes Kraepelin....................................................................................  29
K.    Mengukur Kepribadian dengan MBTI dan Enneagram ....................            35
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan .......................................................................................     38
B.     Saran ................................................................................................  38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39






BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era keterbukaan pada masa kini, disadari bahwa system kompetensi yang berlaku di segala bidang menjadi semakin ketat. Sekarang ini untuk dapat mencapai kesuksesan tidak hanya faktor kecerdasan dan inteligensia saja yang dibutuhkan, namun juga faktor kepribadian dan kematangan emosi.Sebab terbukti bahwa kepribadian yang baik merupakan salah satu factor pendukung yang penting untuk dapat mencapai kesuksesan yang dicita-citakan.
Untuk menjadi pribadi yang baik dan berfungsi sepenuhnya, seseorang perlu mengembangkan diri. Pengembangan diri sendiri berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian serta meningkatkan rasa percayadiri. Hal ini dapat dicapai melalui upaya belajar dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain, mendalami kesadaran serta mempercayai suara hati.

B.     Rumusan Masalah
1.         Jelaskan Pengertian dari Kepribadian!
2.         Sebutkan Aspek-Aspek Kepribadian!
3.         Apa pengertian dari Tes Kepribadian
4.         Apa saja Tipe-Tipe dari Tes Kepribadian?
5.         Apa Hakekat dari Tes Kepribadian?
6.         Apa Pengertian dari EPPS?
7.         Apa yang dimaksud dengan RMIB?
8.         Apa saja yang termasuk dalam Tes Minat Belajar?
9.         Apa itu Tes Wartegg?
10.     Apa itu Tes Kraepelin?
11.     Bagaimana cara Mengukur Kepribadian dengan menggunakan MBTI dan Enneagram?

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.         Dapat Memahami Pengertian dari Kepribadian
2.         Dapat Mengetahui apa saja yang termasuk Aspek Kepribadian
3.         Dapat Memahami Pengertian tentang Tes Kepribadian
4.         Dapat Mengetahui Tipe apa saja dalam Tes Kepribadian
5.         Dapat Memahami Hakekat Tes Kepribadian
6.         Dapat Memahami apa itu EPPS
7.         Dapat Memahami apa itu RMIB
8.         Dapat mengetahui yang tergabung dalam Tes Minat Belajar
9.         Dapat Memahami apa itu Tes Wartegg
10.     Dapat Memahami Tes Kraepelin
11.     Dapat Mengukur Kepribadian dengan MBTI dan Enneagram



BAB II

TES KEPRIBADIAN


A.    Definisi Kepribadian

Kepribadian atau dalam bahasa asing sering disebut dengan istilah personality, berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.

Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
Menurut M.A.W Bouwer, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
Menurut Cuber, kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Sedangkan kepribadian menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
B.     Aspek Kepribadian
1.    Individu terpengaruh oleh aspek ketidaksadaran, misalnya: kita mungkin atau melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan orangtua terhadap diri kita sendiri.
2.    Individu dipengaruhi oleh kekuatan ego;misalnya kita sering berusaha menjaga rasa penguasaan dan konsistensi dalam perilaku.
3.    Individu adalah makhluk biologis;
4.    Pribadi dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan di sekitar diri mereka masing-masing.
5.    Individu memiliki dimensi kognitif—berfikir mengenai dunia di sekitar mereka dan secara aktif mencoba mengartikannya.
6.    Individu merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan yang spesifik.
7.    Manusia memiliki dimensi spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinakan dan mendorong mereka untuk mempertanyakan arti keberadaaan mereka.
8.    Hakikat dari sorang individu adalah senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
(Friedman, “Kepribadian”; 2008)


C.  Pengertian Tes Kepribadian
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa perbedaan reaksi individu.

D.  Tipe-Tipe Tes Kepribadian
Dalam Buku Kepribadian:Teori Klasik dan Riset Modern karya Howard S. Friedman, terdapat beberapa tipe tes kepribadian, yaitu:

1.    Tes Laporan Diri (Self Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi.Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati.
Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.

2.    Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.

3.    Penilaian Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.

4.    Pengukuran Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak.Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino, 1975).
Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak.
Asesmen kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya.Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).
Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.
Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).

5.    Observasi Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).
Penggunaan observasi perilaku mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.


6.    Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi adalah wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya yang penting atau bermasalah.
Keunggulan mengukur kepribadian dengan wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.

7.    Perilaku Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif adalah cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun juga lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.
Sebagai contoh, orang-orang dari bagian selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan logat orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.
Keunggulan menilai dengan perilaku ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap, dikodekan, dan diinterpretasikan.

8.    Analisis Dokumen dan Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian.
Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.

9.    Projective Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan. Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat, dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas.
Contoh dari tes proyektif ini adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).

10.     Demografi dan Gaya Hidup
Demografi adalah semua informasi data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbeda.
Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.

E.   Hakekat Tes Kepribadian
Tes kepribadian sering dibatasi sebagai tes yang bermaksud mengukur dan menilai aspek-aspek non kognitif, artinya aspek-aspek yang bukan abilitas dan ‘kepribadian’ manusia (Martensi, Mugiarso, Dewanti, 1988:41).Aspek non kognitif ini sesuai dengan analisis faktor banyak jumlahnya.Akan tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Stamboel (1986:119) dalam konteks tes kepribadian cukup dibatasi pada aspek pokok yang meliputi motivasi, emosi, dan hubungan sosial.
Tes kepribadian sebenarnya berusaha mengungkap kehidupan testitif seseorang dalam menghayati emosi,  hubungan sosial, dan motivasinya. Dalam mengungkapkan kehidupan testitif dan ciri-ciri khusus kepribadian ini, agar testi dapat mengekspresikan kehidupan batinnya dan memperoleh hasil yang dapat dipercaya, maka seringkali dalam tes kepribadian itu ada kecenderungan menyembunyikan tujuan yang sebenarnya (disguished-testing). Dengan demikian testi tidak mengerti maksud apakah di balik pertanyaan, tugas, atau pernyataan yang harus ditanggapinya, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mengungkapkan kehidupan testitifnya dalam derajat kejujuran tertentu.
Tes kepribadian mencakup dua macam teknik, yaitu teknik self-reprot inventory, dan teknik proyektif.Self-report inventory bersifat “melaporkan keadaan diri sendiri” mengenai kehidupan testitif seseorang. Di antara model tes yang termasuk dalam self-report inventory adalah Woodworth Personal Data Sheet (PDS), Edwards Personal Preference Schedule (EPPS), Kuder Preference Record Vocational (KPRV), Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB), dan Tes Minat Belajar.
Berbeda dengan teknik inventory yang bersifat terstruktur, maka teknik proyektif bersifat tidak terstruktur, sehingga memungkinkan variasi respon dan seolah-olah membiarkan kehidupan khayal individu bergerak sebebas mungkin. Salah satu ciri khas teknik proyektif adalah bahwa struktur tes diberikan secara singkat dan seumum mungkin, sehingga testi menafsirkan sesuai keinginan-keinginannya dalam memberi struktur pada situasi yang diamatinya. Dengan demikian seolah-olah materi yang disajikan dalam tes proyeksi merupakan layar terhadap mana pikiran, emosi, aspirasi kehidupan pribadi, sosial serta motivasi seseorang dipantulkan (diproyeksikan). Di antara tes yang termasuk ke dalam tes proyeksi adalah tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Wartegg, tes Permainan. Berbagai tes kepribadian di atas tidak akan dikemukakan semua, namun hanya EPPS, RMIB, Tes Minat Belajar, Wartegg, dan Kraepelin.

F.   Edwards Personal Preference Schedule
1.    Idenitifikasi dan Dimensi-dimensi Kepribadian
Edwards Personal Preference Schedule yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan untuk mengungkap kecenderungan-kecen­derungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs) khusus yang dimiliki seseorang. EPPS ini merupakan tes kepribadian yang bersifat self-report inventory atau personality inventory, yang diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Semula tes ini disusun untuk kepentingan clinical psychology dan counseling.Tetapi dalam perkembangan selanjutnya digunakan untuk berbagai kepentingan.
Menurut Edwards, kebutuhan-kebutuhan sesorang dapat diklasi­fikasikan ke dalam 15 golongan yang dibuatnya berdasarkan suatu daftar kebutuhan pokok manusia yang disusun oleh Henry A. Murray dan kawan-kawan. Dari 20 kebutuhan pokok yang disusun Murray, kemudian oleh Edwards disusun menjadi 15 (Sugiyanto, dkk, 1984:81-83). Macam-macam kebutuhan tersebut adalah :
Achievement
untuk berbuat sebaik mungkin; untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sukar dan menarik.
Deference
untuk menyuruh orang lain memutuskan sesuatu pendapat bagi dirinya; untuk menyesuaikan apa yang diharapkan dari orang lain terhadap dirinya.
Order
untuk berbuat secara teratur dan rapih dengan perencanaan sebelumnya.
Exhibition
untuk menjadi pusat perhatian; untuk menonjolkan sesuatu prestasi atau mengatakan keberhasilannya.
Autonomy
untuk berdiri sendiri dalam membuat keputusan; untuk menghindari urusan dan campur tangan orang lain.
Affiliation
untuk baik hati; untuk ikut ambil bagian dengan teman-teman sekelompok; untuk bekerja bersama atau berbuatsesuatu dengan orang lain.
Intraception
untuk menganilisis motif-motif dan perasaan-perasaan diri; untuk memahami dan mengerti perasaan-perasaan orang lain.
Succorance
untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang lain; untuk supaya orang lain bersimpati dan mengerti tentang dirinya.
Dominance
untuk mengatasi dan mempengaruhi orang lain; untuk memerintah orang lain; untuk diperlakukan sebagai pemimpin.
Abasement
untuk merasa bersalah bila,orang lain berbuat kesalahan; untuk menerima fitnahan, merasa takut dan rendah diri.
Nurturance
untuk menolong teman dan orang lain yang mengalami kesulitan; untuk mengampuni dan berlaku dermawan terhadap orang lain.
Change
untuk berbuat sesuatu yang baru dan berbeda; untuk ingin mengikuti perubahan-perubahan keadaan dan kebudayaan.
Endurance
untuk bertekun dalam tugas-tugas yang dihadapinya; untuk tidak ingin diganggu selama bertugas.
Heterosexuality
untuk bergaul bebas dengan lawan jenisnya untuk ikut aktif dalam pertemuan di mana orang dari jenis lain hadir.
Aggression
untuk menyerang pendapat orang lain yang berbeda; untuk suka mempermainkan orang lain.

Dari setiap kebutuhan tersebut di atas, Edwards membuat 9 (sembilan) macam pernyataan yang isinya menunjukkan sikap dan kecenderungan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pasangan dari suatu variabel dipasangkan dengan pernyataan dari variabel lainnya, sehingga diperoleh 210 pasang pernyataan. Pemasangan pernyataan-pernyataan ini mengikuti suatu pola tertentu seperti yang terlihat pada kertas jawaban (answer sheet), agar kecenderungan yang sama terletak pada garis atau kolom yang sama.
Selanjutnya Edwards menambahkan 15 pasang pernyataan sebagai pengulangan dari pernyataan yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui konsistensi (con) jawaban-jawaban testi yang dikenai EPPS.Bila jawaban consisten di bawah 10 atau jawaban incon di atas 5, maka kesimpulan hasil jawaban testi dinyatakan inconsistence (diragukan).Penyebab terjadinya jawaban incon ini mungkin:
a.    Testi belum integrated (menyatu) dengan pernyataan EPPS
b.    Testi mengalami konflik
c.    Testi cenderung tidak jujur.
Menghadapi kasus ini langkah yang dilakukan guru pembimbing adalah sebagai berikut :
a.    Mengadakan re tes
b.    Memberikan bimbingan konseling
Tes ini diberikan untuk orang dewasa (minimal berpendidikan SLTA) dengan waktu penyajian antara 40-60 menit.Namun jika sampai 60 menit tidak selesai, waktunya ditambah sampai seselesainya.Pada prinsipnya testi harus menjawab semua item yang berjumlah 225, tanpa batasan waktu ketat selama 60 menit.Jika tidak selesai menjawabnya, maka hasil pekerjaan EPPS tidak dapat dianalisis dan diinterpretasi.

2.    Material dan Instruksi EPPS
EPPS berbentuk buku dan lembar jawaban yang terpisah Buku EPPS terdiri atas 225 pasang pernyataan. Di muka setiap pernya­taanؤpernyataan itu, ada huruf 'A' untuk pernyataan pertama, dan huruf 'B' untuk pernyataan kedua.
Sebelum tes dimulai testi diminta mengisi identitas dirinya pada bagian atas kertas lembar jawaban yang terdiri atas nomor, nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan tanggal pemeriksaan (pelaksanaan tes) serta nama pemeriksa.  Sedangkan bagian kotak-kotak di bawah yang berjumlah lima belas, serta bagian kanan yang berisi kolom-kolom di bawah huruf r, c, s dan ss tidak boleh diisi. Bagian ini akan diisi oleh pemerik­sa.
Kepada testi diminta untuk memilih satu pernyataan dari setiap pasangan pernyataan-pernyataan itu yang dianggapnya paling sesuai untuk dirinya, dan bukan yang dianggap umum atau wajar oleh masyarakat sekitarnya. Jawaban yang telah dipilih testi dituliskan pada kertas jawaban yang telah disediakan, dengan cara melingkari huruf 'A' atau 'B' yang menjadi pilihannya. Buku persoalan tidak boleh dicoret-coret atau ditulisi sesuatu apapun.
Pada halaman muka dari buku persoalan, terdapat petunjuk pelaksanaan tes. Bagian ini merupakan instruksi tes. Tester memberikan instruksi seperti apa yang tercantum di situ. Sebelum pelaksanaan tes, tester membacakan petunjuk tersebut dengan baik dan jelas, yaitu dengan menerangkan isi petunjuk tersebut. Selengkapnya baca petunjuk pada buku EPPS!

3.    Profil Laporan Ilmiah dan Awam
Setelah disekor, akan diperoleh standard score (ss) EPPS. Skor standar ini selanjutnya disajikan dalam profil/ psikogram seperti berikut.














Kecenderungan Kepribadian (Needs)
Klasifikasi
RS
R
AR
S
CT
T
TS
Achievement





Deference






Order






Exhibition






Autonomy






Affiliation






Intraception






Succorance






Dominance






Abasement






Nurturance






Change






Endurance






Heterosexuality






Aggression






Consistence






Gambar 6           Profil/Psikogram Hasil EPPS a.n. Prasetyo

Perlu diketahui, bahwa dengan melihat psikogram EPPS, kita akan dapat mengetahui kecenderungan kepribadian seseorang. Namun demikian, bagi orang awam, psikogram yang merupakan bahasa teknis tidak mudah dipahami. Karena itu, seorang guru pembimbing harus dapat memahami bahasa teknis dan bahasa awam terutama jika akan memberikan informasi (mengkomunikasikan) hasil EEPS kepada testi atau orang lain yang membutuhkan data EPPS tersebut untuk kepentingan testi.
Dari contoh psikogram sebagaimana dipaparkan di atas, data EPPS tersebut dapat dikomunikasikan atau diterjemahkan ke dalam bahasa awam, kurang lebih sebagai berikut ini.
Prasetyo memiliki dorongan untuk berprestasi yang tinggi sekali, pada sisi lain kecenderungannya untuk menyesuaikan pendapatnya dengan orang lain agak rendah. Ia termasuk orang yang berdisiplin tinggi, keinginannya menonjolkan diri (pamer) cukup tinggi, bahkan ia lebih suka memutuskan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Kesehariannya ia kadangkala nampak ikut berperan serta dalam pergaulan dengan teman sekelompoknya dan kadang­kala iia mmau memahami perasaan orang lain. Tetapi ia tidak mau menerima bantuan dan simpati orang lain jika menghadapi per­soalan. BBahkan ia cenderung menonjolkan kekuasaan dan pengaruhnya.
Segi positif yang ada pada dirinya antara lain ia mau menerima kesalahan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, dengan senang hati akan menolong orang lain yang mengalami kesulitan; tekun dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tang­gung jjawabnya, agak mudah bergaul dengan lawan jenis. Sedangkan segi negatif yang menonjol pada dirinya adalah bahwa ia suka sekali mengikuti perubahan dan suka menyerang pendapat orang lain. Namun demikian dia orang yang sangat jujur.
Dengan memahami deskripsi teknis dan awam ini, guru pembimbing akan mudah mengkomunikasikan EPPS untuk kepentingan klien atau siapa saja yang membutuhkan data EPPS kliennya.

4.    Kegunaan EPPS
Dalam prakteknya EPPS sering kali digunakan untuk kepentin­gan diagnosis dalam bidang :
(1)     Seleksi dan Penempatan
Seleksi dan penempatan karyawan baik di lingkungan instansi pemerintah maupun swasta, mempunyai nilai yang cukup efektif dengan menggunakan EPPS. Karena dengan EPPS akan dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan pribadi testi untuk diterima atau ditempatkan pada job yang sesuai dengan kepribadiannya. Misalnya untuk job kasir dibutuhkan orang yang mempunyai needs of achievement, order dan endurance yang tinggi.


(2)     Bimbingan Konseling
Berdasarkan data EPPS seorang guru pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan konseling, khususnya pada kecenderungan kepribadian tertentu yang menonjol, baik negatif maupun positif. Misalnya testi cenderung inkonsisten. Dari data ini bisa ditelusuri sebab-sebab inkon­sisten tersebut antara lain mungkin karena testi menolak rangsang (tidak mau bekerja sama dengan orang lain/tester), testi tidak siap diberi tugas (tidak in­tegrated), ttesti ssuka mmenentang, testi sedang mengalami konflik, dan testi tidak jujur.
Dari data yang telah diperoleh tersebut guru pembimbing melakukan bantuan pemecahan masalah klien/testi.
(3)     Psikoterapi
Dengan melihat data EPPS terapis akan dapat memberikan treatment yang sesuai dengan masalah yang muncul dari 15 kecenderungan kepribadian testi.
(4)     Riset Sumber Daya Manusia
Untuk mengetahui kemampuan sumber daya manusia dalam berbagai kepentingan, riset dengan menggunakan EPPS akan dapat memberikan masukkan yang cukup lengkap tentang kecenderungan kepribadian seseorang, yang pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan menya­lurkan ssumber ddaya manusia sesuai dengan tugas dan kewaji­ban yang diberikan kepadanya.

5.    Karakteristik EPPS
EPPS merupakan tes kepribadian yang menggunakan teknik self-report inventory, mempunyai karakteristik yang khas dibanding­kan ddengan ttes psikologis pada umumnya.
Karakteristik yang menonjol dari EPPS adalah bahwa skor yang tinggi tidak selalu menunjukkan kepribadian testi baik, dan skor yang rendah tidak selalu menunjukkan kepribadiannya tidak baik; tergantung dengan konteks apa EPPS itu digunakan.

Contoh :
Prasetyo mempunyai kecenderungan untuk berubah yang tinggi sekali dan kecenderungan untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang lain rendah.
Dalam konteks Prasetyo sebagai artis, kecenderungannya untuk berubah-ubah  tinggi sekali, itu justru dapat menguntungkan karirnya. Ia akan cepat mengikuti trend pasar, trend yang sedang digandrungi penggemarnya. Dan jika ia mem­punyai kecenderungan menerima afeksi dan bantuan yang rendah justru akan merugikan karirnya. Misalnya saja ia sebagai artis penyanyi dia tidak mau bergabung dengan Asosiasi Artis dan Penyanyi, maka jika kasetnya yang beredar di pasaran dibajak dan ia mengatasi masalahnya sendiri karena tidak mau dibantu oleh Asosiasi, maka ia dapat mengalami kesulitan dari para pembajak kasetnya.
Sebaliknya jika ia sebagai kepala sekolah dan cenderung selalu berubah-ubah (terutama kebijaksanaannya), akan menimbulkan keadaan tidak stabil di sekolah; misalnya seragam sekolah yang sering berganti-ganti, pengampu mata pelajaran dirubah-rubah gurunya setiap ganti tahun pelajaran.
Pada sisi lain ia dianggap baik karena tidak mau menerima bantuan dari pihak luar yang mengikat; misalnya sekolah akan dibuatkan satu lokal untuk laboratorium, asalkan anak pengusa­ha XX yyang ddikeluarkan dari sekolah lain dapat diterima seba­gai siswa pindahan di sekolahnya.
Karakteristik yang lain dari EPPS ini adalah dengan melihat skor jawaban aspek consistence dari testi, kita akan dapat mengetahui apakah testi cenderung sebagai pribadi yang jujur ataukah tidak.

6.    Kelebihan dan Kelamahan EPPS
Sebagai suatu tes psikologis EPPS mempunyai beberapa kelebi­han antara lain :
(1)     Dapat mendeteksi tingkat kejujuran testi yaitu dengan melihat tingkat konsistensinya.
Hal ini dapat diketahui dengan melihat jawaban atas item-item tertentu yang berpasangan sebagaimana telah disebut­kan ddi muka. Jawaban yang berbeda menunjukkan testi tidak jujur (inconsistence).
(2)     Individu adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri.
Dengan EPPS yang merupakan self-report inventory, maka kita akan mendapatkan gambaran yang relatif benar tentang kepribadian (kecenderungan kepribadian) testi.Individu mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk menyatakan keadaan  dan penghayatannya menurut apa adanya.
(3)     Dalam pelaksanaannya tes ini ternyata mampu mengungkap ada tidaknya sesuatu atribut pada kepribadian seseorang dan apabila ada dapat pula diungkap seberapa besar kecenderungannya.
Selain kelebihan, EPPS juga mempunyai beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu :
(1)     Terikat budaya
Sebagai tes yang menggunakan bahasa, tes ini harus diadaptasikan pemakaiannya.
(2)     Materinya yang banyak akan menimbulkan kejenuhan pada testi.
(3)     Bagi korektor, prosedur skoring tes ini melelahkan dan menjenuhkan.
(4)     Teknik interpretasi secara teknis dan awam membutuhkan keterampilan yang tinggi dari interpreternya.
(5)     Sering terjadi adanya pemalsuan jawaban testi baik yang bersifat faking good maupun faking bad.
Faking good merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap baik-baik saja, walaupun itu tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi penerimaan pegawai, promosi jabatan diinginkan. Sebaliknya faking bad merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap  negatif, walaupun itu tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi wajib militer.


G.  Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB)
a.    Identifikasi Tes RMIB
Tes RM atau Rothwell Miller atau The Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB) menurut sejarahnya disusun oleh Rothwell pertama kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958, tes diperluas dari 9 menjadi 12 kategori oleh Kenneth Miller. Sejak itu, tes interest tersebut disebut sebagai tes interest Rothwell-Miller.
Hal-hal yang merupakan kekhususan (Manual The Rothwell-Miller Inventory Blank) dari tes ini adalah:
a.    dapat dimasukkan ke dalam susunan batteray test
b.    lebih mudah dikerjakan oleh testi
c.    score dapat disusun dengan lebih cepat
d.   tugas pengisian dari tes ini akan menimbulkan interest testi dan kerja sama yang aktif sifatnya
e.    lebih cocok apabila diberikan kepada orang dewasa
f.     hasil keseluruhan tes akan memperlihatkan pola interest dari testi.

Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur interest seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan. Hal ini didasarkan pula atas idea-idea stereotype terhadap pekerjaan yang bersangkutan. Minat seorang siswa dalam belajar berkaitan dengan pekerjaan yang akan ditekuni kelak.
Pemikiran yang mendasari pembentukan tes ini adalah bahwa setiap orang memiliki konsep-konsep stereotype terhadap kenis-jenis pekerjaan yang tersedia atau disediakan oleh masyarakatnya, dan testi kemudian memilih pekerjaan sesuai dengan idea-idea tersebut, meskipun terdapat juga stereotype yang tidak berdasarkan pada idea tertentu atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan yang dimaksud. Stereotype seperti ini lebih banyak mendasarkan pada hal-hal yang menarik dari pada hal-hal yang merupakan kekhususan dari pekerjaan tersebut. Dan keadaan semacam ini sangat memungkinkan terjadinya atau timbulnya stereotype yang benar atau salah sama sekali. Misalnya stereotyp dari pegawai bank adalah orang yang selalu berhubungan dengan pembayaran atau uang adalah benar. Tetapi pendapat umum yang mengatakan bahwa pekerjaan seorang pramugari adalah pekerjaan yang penuh dengan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan ke luar negeri, gaji besar, berpakaian keren dan bagus, dan sebagainya adalah tidak sesuai dengan kenyataannnya, seperti melayani penumpang justru merupakan tugas pokok dari seorang pramugari.
Tetapi tujuan terpenting dari tes ini bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui kebenaran dari stetreotype tersebut, tetapi untuk mengetahui bahwa konsep tersebut benar-benar ada dan dapat merupakan pengaruh yang kuat terhadap konsep-konsep sesorang mengenai suatu pekerjaan. Karena biasanya, apabila seseorang menyatakan suka atau tidak suka terhadap suatu pekerjaan tertentu, maka mereka juga memperlihatkan sikap yang sama terhadap ideanya, meskipun secara kenyataannya banyak pekerjaan yang berbeda dengan konsepnya.
Contoh tes RM adalah sebagai berikut:















PRIA
 
 

 


FORMULIR TES MINAT : ROTHWELL MILLER


N a m a            : ……………………  Usia ……  Tanggal ……… Nomor : …...
Sekolah/Kelas : ……………………………………... Tester : ……………………
PETUNJUK :
Tulislah nomor urut pekerjaan di bawah ini dari yang paling Anda sukai dengan menuliskan 1 sampai dengan yang paling tidak disukai dengan menuliskan angka12 pada kolom A sampai I. Sebelum diserahkan pada tester, cek dulu pekerjaan anda. Jangan ada yang dilewatkan !

A


B

Petani
Insinyur Sipil
Akuntan
Ilmiawan
Manager Bidang Penjualan
Seniman
Wartawan
Pianis Konser
Guru Sekolah Dasar
Manajer Bank
Tukang Kayu
Dokter
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
Ahli Pembuat Alat-alat
Ahli Statistik
Insinyur Kimia Industri
Penyiar Radio
Artis Komersial
Pengarang
Dirigen Orkes
Psikolog Pendidikan
Sekretaris Perusahaan
Ahli Bangunan
Ahli Bedah
Ahli Kehutanan
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….



WANITAA
 
 



C


D

Auditor
Ahli Meteorologi
Salesgirl
Guru Kesenian
Penulis Drama
Komponis
Kepala Sosial
Resepsionis
Penata rambut
Dokter Hewan
Pramugari Kapal
Petugas Mesin Jahit
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
Ahli Biologi
Agen Biro Iklan
Dekorator Interior
Ahli Sejarah
Kritikus Musik
Pekerja Sosial
Penulis Steno
Penjilid Buku
Apoteker
Ahli Pertamanan
Petugas Pompa Bensin
Petugas Mesin Hitung
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….
….










b.    Aspek-aspek (dimensi-dimensi) yang diukur
Suka dan tidak suka terhadap kelompok pekerjaan merupakan faktor yang diukur oleh tes RM ini. Testi tes diminta untuk menuliskan ranking suka dan tidak suka dalam setiap kelompok pekerjaan dari rangking 1 sampai dengan 12 tanpa harus urut, misalnya pada kelompok pekerjaan A testi menuliskan rangkingnya dari atas ke bawah 5, 7, 3, 1, 9, 8, 12, 10, 4, 6, 11, 2.
Pekerjaan yang berhubungan dengan minat seseorang dalam tes RM digolongkan dalam 12 jenis pekerjaan yaitu:

Out
:
Out door, yaitu pekerjaan yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan atau di udara terbuka, atau pekerjaan yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang rutin sifatnya.
Mec
:
Mechanical, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan atau menggunakan mesin, alat-alat dan daya mekanik.
Com
:
Computational, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka
Sci
:
Scientific, yaitu pekerjaan yang dapat disebutkan sebagai keaktifan dalam analisis dan penyelidikan, eksperimen, kimia dan ilmu pengetahuan pada umumnya
Pers
:
Personal contact, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan orang lain. Pada dasarnya adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan kontak (hubungan) dengan orang lain
Aest
:
Aesthetic, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat seni dan menciptakan sesuatu
Lit
:
Literary, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan buku-buku, kegiatan membaca, mengarang
Mus
:
Musical, yaitu minat memainkan alat-alat musik, atau untuk mendengarkan orang lain bermain, bernyanyi atau membaca sesuatu yang berhubungan dengan music. Penghargaan terhadap musik
S.S.
:
Social service, yaitu minat terhadap kesejahteraan penduduk, dengan keinginan untuk menolong dan membimbing/menasehati tentang problem dan kesulitan mereka. Keinginan untuk mengerti orang lain, dan mempunyai idea yang besar atau kuat tentang pelayanan
Cler
:
Clerical, yaitu minat terhadap tugas-tugas rutin yang menuntut kecepatan dan ketelitian
Prac
:
Practical, yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang praktis, karya pertukangan dan yang memerlukan keterampilan
Med
:
Medical, yaitu minat terhadap pengobatan, mengurangi akibat dari pada penyakit, penyembuhan dan di dalam bidang medis serta hal-hal biologis pada umumnya.

Kombinasi sekor-sekor yang diperoleh dari tes RM dapat digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya penjurusan di SMU, studi lanjutan di perguruan tinggi, penempatan pekerjaan.

H.  Tes Minat Belajar
a.    Identifikasi
Tes minat belajar berupa buku yang terdiri dari 176 daftar pernyataan yang harus dijawab semuanya oleh responden.Lembar jawaban tes terpisah dengan buku tes.Pada setiap pernyataan didahului dengan dengan pilihan jawaban S R T (Suka, Ragu-ragu atau tidak menyatakan sikap suka atau tidak suka, Tidak Suka).
Contoh daftar pernyataan tes minat belajar adalah sebagai berikut:
1 S R T. Memasukkan telur ke dalam mesin pengeram dan membukanya satupersatu setiap hari untuk melihat bagaimana perkembangan anak ayam


 
176. S R T. Mempelajari hukum dan keputusan-keputusan pengadilan yangdipakai dalam lapangan perusahaan/perdagangan
b.    Aspek-aspek (dimensi) yang diukur
Tes  minat belajar ini dalam mengukur minat belajar seseorang dilakukan dengan cara mengukur minatnya terhadap pekerjaan-pekerjaan tertentu melalui pilihan Sikap, Ragu-ragu, Tidak Suka terhadap penryataan-pernyataan yang disediakan. Asumsinya, seorang yang berminat terhadap pekerjaan tertentu berkaitan dengan pelajaran-pelajaran tertentu yang harus disiapkan untuk pekerjaan yang akan dilakukannya.Tes minat belajar digunakan di sekolah dalam rangka mengukur 11 minat terhadap lapangan belajar/pekerjaan khusus yaitu:
a.    Sosial                                                f. Matematika              kMusic.
b.    Bussines                                g.Fisika
c.    Home economic                    h.Biologi
d.   Sekretaris                              i.Teknik
e.    Kesehatan                             j.Kesenian
Untuk mengungkap 11 minat belajar tersebut disusun 176 daftar pernyataan secara simultan.Setiap minat terdiri dari 16 soal (item tes). Kombinasi dari jenis minat belajar tersebut akan menggambarkan profil minat siswa dalam bidang Bahasa, IPA, IPS.

I.     Tes Wartegg
a.    Identifikasi
Tes Wartegg adalah tes kepribadian yang bertujuan untuk memperoleh insight struktur kepribadian seseorang yang dinyatakan dalam berbagai fungsi dasar kepribadian.Tes menggambar yang diciptakan oleh Eurich Wartegg (1939) terdiri dari suatu seri gambar yang harus dikerjakan testi, kemudian hasil pekerjaan tersebut dinilai dari sudut diagnostik yakni ekspresi dan sifat proyektifnya.Kemampuan menggambar dan latihan artistik oleh Wartegg ---pencipta tes ini --- nampaknya tidak begitu atau sedikit pengaruhnya terhadap hasil akhir gambar testi.
Seri tes menggambar ini terdiri dari delapan petak persegi berwarna putih dengan latar belakang bingkai tebal berwarna hitam. Pada setiap petak terdapat gambar yang memberikan kesan seolah-olah baru akan digambar yang disebut rangsang. Rangsang ini mempunyai sifat khusus dan physiognomi sendiri serta kualitasnya terkandung di dalam gestaltnya masing-masing.
Rangsangan-rangsangan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok yaitu rangsangan organis untuk petak 1, 2, 7, 8; dan rangsangan teknik konstruktif untuk petak 3, 4, 5, 6.Rangsangan-rangsangan itu juga disebut kewanitaan(feminin) dan kejantanan (maskulin), karena wanita lebih peka terhadap suasana organis emosional dan pria lebih ke arah benda-benda materiil dan teknik. Selain itu juga dapat dinamakan rangsang dinamis dan statis.
Tes menyempurnakan gambar Wartegg ini dapat dimasukkan ke dalam jenis tes proyektif atas dasar viri-ciri khas yang meliputi:
1.    tugas yang diberikan sampai pada taraf tertentu bersifat tak berstruktur yang sama, sehingga memungkinkan kebebasan berekspresi dan menghasilkan banyak variasi hasil pelaksanaan tugas.
2.    tes tersamar (disguished testing) artinya sampai pada penyelesaian tugasnya testi tidak menyadari bagaimana sebenarnya hasil karyanya itu dirafsirkan.
3.    pendekatan global (global approach) artinya kepribadian diperiksa dan diteliti secara keseluruhan.
b.    Aspek-aspek (dimensi) yang diungkap
Tes Wartegg merupakan tes proyektif yang digunakan untuk mengungkapkan data-data mengenai struktur kepribadian seseorang yang dinilai secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif adalah dengan  melihat sekor yang diperoleh dari 35 sifat yang terdapat dalam gambar testi. Sedangkan penilaian kualitatif ditinjau dari gambar-gambar testi dalam hubungan dengan rangsang, isi, dan cara mengerjakannya.
Penilaian secara kuantitatif dilakukan dengan mengisi tabel skoring tes Wartegg yang diperoleh dari berbagai sifat delapan gambar itu. Hasil penjumlahan sekor tersebut menggambarkan profil kepribadian yang meliputi :
1)   Emosi terbuka(out going)
2)   Emosi tertutup(seclusive)
3)   Imajinasi kreatif(creative)
4)   Imajinasi kombinatif(combinative)  
5)   Intelegensi praktis( practical)
6)   Intelegensi spekulatif(speculative) 
7)   Aktivitas dinamis(dynamic)
8)   Aktivitas terkontrol(controlled)

c.    Keuntungan dan kelemahan tes Wartegg
Keuntungan-keuntungan (Pedoman Tes Menggambar Wartegg, 1973:1) yang terdapat pada tes ini ialah :
a.    bahan tes tidak mahal
b.    tes ini cepat dilakukan, dinilai dan diinterpretasi (rata-rata 20 menit)
c.    dapat dilakukan sebagai tes kelompok atau klasikal
d.   orang mudah menyatakan dirinya dan tes ini pada umumnya tidak menimbulkan penolakan
e.    tes ini sebagai tes kepribadian yang sedikit jumlahnya memungkinkan untuk memperoleh norma-norma secara empiris.
Kelemahan yang terdapat dalam tes ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.    Bahwa bagaimana pun juga hasil tes ini sedikit banyak terpengaruh oleh keterampilan menggambar sebagaimana tes ini dapat diamati kesan baik buruknya gambar. Hal ini dapat terjadi karena menggambar merupakan bentuk keterampilan khusus hasil bakat dan latihan.
b.    Subjektivitas korektor pada waktu memberikan skoring sangat mungkin terjadi, lebih-lebih pada korektor yang belum berpengalaman. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena korektor diberi kesempatan untuk memberikan sekor pada setiap sifat gambar mulai dari 0, ½, 1, 1 ½, 2,  sampai dengan 3. Dengan demikian untuk suatu gambar yang sama dapat disekor  berbeda oleh korektor yang berbeda.
Demikian empat jenis tes kepribadian yang perlu diketahui para mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling. Kecuali tes Wartegg, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman secara teoretik dan praktik sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, sedangkan tes Wartegg tidak dipelajari secara praktik karena keterbatasan kompetensi. Satu jenis tes kepribadian (yang kemudian juga dikembangkan menjadi tes bakat) yang perlu dipelajari secara teoretik dan praktik oleh mahasiswa adalah tes Kraepelin atau tes K.

J.     Tes Kraepelin
a.    Identifikasi Tes Kraepelin
Koentjoro dan Nuryati Atamimi (1984 : 1) mengatakan tes Kraepelin ini diciptakan oleh Emile Kraepelin seorang psikiater dari Jerman yang hidup antara tahun : 1856‑1926, dan pernah menjadi murid Wilhelm Wundt. Pada permulaan tahun 1880 ia bekerja pada laboratorium Wundt, dalam usaha memecahkan problem waktu reaksi. Dari sini dasar‑dasar pemikiran Wundt berpengaruh dalam bidangnya terutama dalam pemecahan masalah kerancuan Neurologis, yang dalam penelitiannya ia kerjakan di laboratoriumnya di Lepzig menggunakan pasien‑pasien psikiatrik.
Dengan dasar pemikiran adanya perbedaan dari faktor‑faktor yang khas pada proses sensori sederhana, sensori motor, perseptu­al dan tingkah laku, Kraepelin menyusun tes yang kemudian diguna­kan ssebagai ddasar psikologis untuk mengklasifikasikan kecanduan psikiatrik. Dari penelitian ini Kraepelin menyusun dua golongan besar psikosis fungsional yaitu manic depresive dan dementia praecox. Dengan berdasarkan pada alat tes ciptaannya ia berusaha memperluas penggunaannya untuk menyusun tipologi kepribadian manusia antara normal dan abnormal.
Di antara  tes yang dipakai oleh  Kraepelin adalah Simple arithmatic test, yang digunakan oleh Kraepelin untuk mengukur Practice effect, Memory dan lain‑lain yang berhubungan dengan kelelahan dan Distraction.
Simple arithmatic test inilah yang kini dikenal dengan nama tes Kraepelin (tes K) yang pada awalnya merupakan tes kepriba­dian dan dalam perkembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara mengubah tekanan skoring dan integrasinya.





CONTOH




2726
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
1

1

6

4




8

9

1

3




6

4

5

8

TES KRAEPLIN

3

6

8

2


5

9

1

6


1

3

6

4




2

8

4

1


JANGAN DIBUKA DULU SEBELUM ADA PERINTAH

2

8

8

3



5

9

4

5




3

3

5

4




7

7

7

3




5

6

8

9




9

2

6

9




1

5

4

2




3

6

7

2

N a m a
: ……………………………...

6

4

1

2

Jenis Kelamin
: ……………………………...

7

3

1

9

Tgl./Umur/tempat lahir
: ……………………………...

2

3

4

6

A l a m a t
: ……………………………...

2

7

5

9

P e n d i d i k a n
: ……………………………...

1

8

9

4

K e l a s
: ……………………………...

1

6

8

1

P e k e r j a a n
: ……………………………...

3

3

4

2

Tanggal tes
: ……………………………...

3

2

7

9

T e s t e r
: ……………………………...

3

7

7

7




6

6

5

9




1

9

5

6




6

6

2

5




2

1

4

2












Gambar 7        Contoh Materi Tes Kraepelin

Karakteristik tes ini adalah materinya hanya berupa angka‑angka 1 sampai dengan 9 yang disebar secara acak membentuk lajur dan baris.Lajur dari kiri ke kanan terdiri dari 50 lajur, dan dari bawah ke atas membentuk 28 baris. Testi bertugas menjumlahkan angka‑angka tersebut dalam dua angka yang berdekatan dalam setiap lajur dari bawah ke atas, dengan waktu 15 detik. Setelah 15 detik dan ada aba‑aba, maka testi harus pindah ke lajur berikutnya tanpa harus menyelesaikan lajur yang sedang dikerjakan. Begitu seterusnya sampai 50 lajur selesai dalam waktu 12' 30''.
(Mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang utuh setelah mempelajari Manual Tes Kraepelin dan mempraktekkannya).

b.    Tes Kraepelin Sebagai Tes Kepribadian

Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian, digunakan  untuk menentukan tipe "performance". Hal ini dicontohkan oleh Marcham Darokah, sebagaimana dikutip oleh Kuntjoro dan Atamimi (1984 : 2), misalnya :

1)   Bila hasil menjumlahkan angka‑angka “ansich”, rendah sekali dan tidak pada kedudukan minimum normal hal ini dapat diprediksi bahwa ada gejala depresi mental pada testi.
2)   Bila terdapat salah hitung terlalu banyak dalam menjumlah angka dan dibawah minimum normal, diprediksikan bahwa testi mengalami distraksi mental atau "mental disorder".
3)   Hasil tes menunjukkan ritme yang tajam,  artinya pada suatu ketika terjadi hasil rendah, ini disebabkan pada suatu saat kehilangan ingatannya, sehingga dapat disimpulkan adanya gejala epilepsi.
4)   Bila terdapat range ritme yang terlalu besar pada hasil tes hingga dibawah minimum normal, dapat diprediksikan bahwa testi mengalami gangguan‑ gangguan emosional.
5)   Di dalam grafik hasil tes menunjukkan garis naik tegak  lurus atau tetap secara kaku, dapat diprediksikan sebagai adanya per­feksionis.
6)   Di dalam grafik hasil tes menunjukkan penurunan hingga minimum normal, dapat diprediksikan adanya gejala kelelahan dan mungkin gejala neurasthenia.
Sebagai tes kepribadian, tes Kraepelin mempunyai nilai diagnosis yang cukup handal untuk memberikan informasi tentang kepribadian seseorang, paling tidak tentang performance kepribadiannya sebagaimana disebutkan di atas
c.    Tes Kraepelin sebagai Tes Bakat
Tes Kraepelin sebagai tes bakat dimaksudkan untuk mengukur "maximum performace" seseorang. Karena itu tekanan skoring dan interpretasinya didasarkan pada hasil‑hasil test secara objektif, dan bukan proyektifnya. Setelah perhitungan objektif dilakukan, menurut Marchan Darokah (1967) seperti yang dikutip oleh Koentjoro dan Nuryati Atamimi (1984 : 3). Hasil ini dapat diinterprestasikan dengan  menggunakan dasar faktor‑faktor bakat yang terkandung didalamnya, yaitu :
1.    Faktor kecepatan atau speed factor
2.    Faktor ketelitian atau accuracy factor
3.    Faktor keajegan atau ritme fact
4.    Faktor ketahanan atau ausdauer factor
Menurut Guilford (1959) penjumlahan item yang berupa angka‑angka satuan ini bila ditinjau dari fungsi mental, tergolong dalam "convergent thinking". Namun bila ditinjau dari jenis isi itemnya, tergolong dalam faktor "numerical facility" yaitu keca­kapan uuntuk menggunakan angka dengan cepat dan teliti. Hasil perhitungan angka dalam mengerjakan tes ini menurut Freeman (1962) sangat dipengaruhi oleh faktor sensori perception dan "motor response".
Anastasi (1968) mengutip pendapat Thurstone yang menyatakan bahwa item‑item dalam tes Kraepelin ini mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu "number", dimana di dalamnya terda­pat kkecakapan untuk menghitung "simple arithmatic" dengan cepat dan teliti.
Cattel sebagaimana dikutip Garrison (1951) meneliti tentang hubungan antara faktor‑faktor inteligensi dengan "personality trait". Sementara itu Spearman (1927) menyatakan bahwa aspek‑aspek yang diungkap dalam tes Kraepelin dapat dianggap pernyataan dari energi mental yaitu mengandung unsur‑unsur kecepatan, ketelitian, keajegan dan ketahanan, sehingga mengukur secara optimum apa yang telah dicapai individu untuk dirinya dalam keadaan fungsi mental yang normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes Kraepe­lin ddapat digunakan sebagai tes bakat, yang mengukur bakat kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja, dan ketahanan kerja.
d.   Kegunaan dalam Bimbingan Konseling
Dalam kegiatan bimbingan konseling di sekolah, tes Kraepelin antara lain mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1)   Dengan melihat hasil performancenya, guru pembimbing dapat mengetahui masalah‑masalah kepribadian yang dialami oleh siswa, sehingga kepada siswa dapat diberikan terapi yang sesuai dengan masalahnya.
2)   Dapat mengungkap empat aspek bakat siswa (ketelitian, kecepa­tan, keajegan dan ketahanan kerja) yang selanjutnya dapat diper­gunakan untuk pertimbangan :
a.    penjurusan, karena jurusan/program yang satu dengan lainnya mensyaratkan bakat ketelitian, kecepatan, keajegan dan ketahanan kerja yang berbeda.
b.    lanjutan studi, karena untuk melanjutkan studi diperlukan syarat bakat yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga dengan melihat bakatnya dari hasil tes Kraepelin guru pembimbing dapat memberikan saran program studi apa yang sesuai untuk siswa.
c.    karir/pekerjaan, karena pada pekerjaan tertentu membutuhkan ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan kecepatan kerja. Dengan demikian pemahaman tentang bakat siswa menurut tes Kraepelin ini akan membantu siswa menentukan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
e.    Kelebihan dan Keterbatasan Tes Kraepelin
Tes Kraepelin  mempunyai beberapa kelebihan yaitu antara lain :
a.    Dapat mengungkap bakat dan kepribadian  sekaligus dengan melihat hasil kerja testi
b.    Sebagai tes yang bersifat speed test, dapat digunakan untuk seleksi yang mempunyai nilai kompetitif, artinya testi cenderung terdorong untuk bersaing dengan testi lain
c.    Tes Kraepelin juga bersifat power test sehingga dapat mengukur daya tahan atau ausdouer seseorang dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
d.   Alat ukur yang praktis dan bebas budaya
e.    Memberikan informasi tentang penempatan dan dapat menemukan kasus yang dihadapi testi.

Namun demikian tes Kraepelin juga mempunyai keterbatasan antara lain seperti berikut :
a.    Testi  dituntut kemampuan baca dan tulis, khususnya kemampuan baca tulis angka atau matematik sederhana.Dengan demikian penggunaannya terbatas kepada orang‑orang yang mempunyai kemampuan baca tulis.
b.    Testi juga dituntut mempunyai kemampuan berfikir cepat. Hal ini akan kelihatan pada hasil tes pada aspek kecepatan kerja. Pada saat mengerjakan tugas mereka yang tidak mempunyai kemampuan berfikir cepat akan sulit menyesuaikan diri dengan materi tes. Karena tes ini tidak memberikan kesempatan pada testi untuk menimbang jawaban yang benar.
c.    Tehnik skoring tes ini juga memerlukan ketelitian dari korektornya. Karena itu pelaksanaan skoringnya menjenuhkan. Hal ini karena skoring yang kita lakukan selama ini masih dengan cara manual. Konon tes ini dapat disekor dengan komputer tetapi penggunaannya masih terbatas.

K.  Mengukur Kepribadian Dengan MBTI Dan Enneagram
a.    MBTI (MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR)
MBTI diciptakan oleh Carl Jung, Katharine Briggs and Isabel Myers, dan pertama kali dipopulerkan pada tahun 1962. MBTI terdiri dari beberapa tipe personality yang dengan sangat akurat mampu mendeskripsikan personality setiap orang dengan detil dan akurat.
MBTI berbeda dengan instrumen mengenali tipe kepribadian lain dalam hal:
1.    Dirancang untuk mengimplementasikan teori; jadi teori (Jung) harus dimengerti untuk memahami MBTI.
2.    Berdasarkan teori, ada dinamika hubungan yang khusus antar skala, yang kemudian akan mengantar penjelasan tentang tipe-tipe karakteristik.
3.    Deskripsi tipe-tipe ini dan teorinya sebenarnya dapat dijelaskan dalam kerangka perkembangan manusia seumur hidupnya.
4.    Skala ini memperhatikan fungsi dasar manusia yaitu persepsi dan judgment yang selalu ada di perilaku manusia, sehingga sangat bermanfaat untuk digunakan dalam hidup sehari-hari.
Komponen MBTI adalah:
1)        Ekstrovert vs Introvert
2)        Sensing vs Intuition
3)        Thinking vs Feeling
4)        Judging vs Perceiving
b.    Enneagram
Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”. Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diajarkan secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah, hingga akhirnya mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Kepribadian manusia dalam sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
c.    Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
d.   Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
e.    Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
f.     Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
g.    Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
h.    Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
i.      Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
j.           Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
k.         Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.

B.     Saran
Sebagai calon konselor masa mendatang, kita dituntut untuk mampu memahami kepribadian dari individu atau konseli sebagai upaya peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada konseli. Untuk memahami kepribadian dari individu atau konseli, konselor hendaknya mempunyai berbagai cara diantaranya dengan tes kepribadian yang bertujuan untuk mengenali lebih dalam konseli. Sehingga dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan harus sesuai kebutuhan konseli tersebut. Dengan demikian diharapkan perkembangan individu dapat lebih optimal.

5 komentar:

  1. daftar pustakanya kok nggak ada ya

    BalasHapus
  2. Tes kepribadian dan wawancara adalah tes paling menentukan. Kebanyakan orang pada grogi

    BalasHapus
  3. Mantap penelasannya mengenai kepribadian yang sangat kompleks itu

    BalasHapus
  4. yang terpenting dari materi yang telah disampaikan adalah pada kutipan dan referensinya

    BalasHapus